Saturday, April 28, 2007

[INDONESIA-L] KELANA - Re: Wartawan Harus Berpeci ... (25/6-'99)

Date: Fri, 25 Jun 1999 14:39:26 -0600 (MDT)
Message-Id: <199906252039.OAA08394@indopubs.com>
To: indonesia-l@indopubs.com
From: apakabar@Radix.Net
Subject: [INDONESIA-L] KELANA - Re: Wartawan Harus Berpeci ...
Sender: owner-indonesia-l@indopubs.com

To: apakabar@saltmine.radix.net
Subject: kelana-6 : Re: Wartawan Harus Berpeci...
Date: Fri, 25 Jun 1999

Peci adalah assesories pelengkap pakaian,yang penggunaannya oleh
seseorangdengan berbagai macam tujuan,a.l untuk penutup kepala karena botak
supaya jangan kedinginan kena angin atau kepanasan kena sinar
m.hari,pemantas penmpilan dsb.Tidak ada bedanya dengan topi, barret,
kerudung dan penutup kepala lainnya.

Tidak dapat dimengerti,apa alasan kok sekneg yang mengatur RT kepresidenan
kok mewajibkan pakai peci bagi wartawan yang meliput disana.Apakah untuk
pemantas saja dengan alasan bahwa peci budaya nasional?
Terus bagaimana wartawan asing,dan bagaimana dengan wartawan wanita?
Terus apakah sekneg menyediakan peci disana untuk dipinjam para wartawan
kalau masuk ruang pers,atau pecinya dibawa sendiri?
Wartawan sendiri sudah repot bawa assesories kewartawanannya,terus ditambah
lagi dengan peci.

Apapun motivasi yang melatarbelakangi keharusan2 itu,yang jelas bahwa budaya
penyeragaman asesoris yang biasanya merupakan perilaku tentara dan birokrat
orba, hendak dipaksakan kepada insan pers yang tidak biasa dengan
keseragaman itu, malah justru lebih senang kepada kebebasan penggunaan
asesoris pakaian yang menunjang kepada kelincahan gerak sebagai pengejar
berita.

Ini adalah salah kaprah dalam era reformasi dan kebebasan ini.Masih terus
berpedoman kepada pendekatan status,bukan kepada pendekatan profesionalisme
dan pencapaian tujuan.

Instansi2 yang demikian itu secepatnyalah menyesuaikan diri dan mereformasi
diri dengan pola pikir pemberian kebebasan kepada masyarakatnya dalam
bertindak dan berbuat dengan dilandasi etika2 pergaulan social yang ada dan
tentu ketentuan2
tertulis yang ada.

Pola pola berfikir keseragaman yang berbau feodal,statis dan militeris itu
sebaiknya diganti dengan pemberian kebebasan yang menjunjung etik dan moral
dalam pergaulan social.
Demikian halnya kepada wartawan itu cukup dengan menganjurkan berpenampilan
yang pas dengan lingkungan dimana dia berada sesuai dengan karakter
kewartawanannya dengan berpedoman kepada etik pergaulan yang berlaku.
Hal ini kadang cukup sulit dilakukan oleh seorang wartawan,karena profesi
ini menuntut kelincahan,dimana ybs dalam mencari berita harus dinamis,dimana
pada saat tertentu berada dilingkungan yang hiruk pikuk dan kusam,tau2
sebentar kemudian dia harus berada disuatu ruangan yang serba resmi dan
protokoler.

Cukuplah dengan harapan, kalau seseorang berpenampilan kurang sesuai dengan
etik pergaulan social pada suatu lokasi tertentu (walaupun ini sangat
subyektif), ybs diharapkan akan menerima koreksi2 social sekitarnya baik
langsung maupun tidak langsung.

Bukan malah mengharuskan keseragaman yang mengada ada.

kelana