Sunday, April 29, 2007

[INDONESIA-L] KELANA - Simbol-simbol yang Menyesatkan (34) (26/10-'99)

Date: Tue, 26 Oct 1999 17:48:43 -0600 (MDT)
Message-Id: <199910262348.RAA09104@indopubs.com>
To: indonesia-l@indopubs.com
From: apakabar@Radix.Net
Subject: [INDONESIA-L] KELANA - Simbol-simbol yang Menyesatkan (34)
Sender: owner-indonesia-l@indopubs.com

Gebrakan demi gebrakan dilancarkan oleh Gus Dur.

Di suasana anti Israel yang selalu didengungkan oleh petualang petualang politik dengan bersembunyi dibelakang semboyan solidaritas Islam menghadapi musuh bersama zionis Israel,Gus Dur justru melontarkan keinginan berhubungan dengan Israel yang dimulai dengan hubungan perdagangan.Visinya saya kira adalah demi pertumbuhan (growth) masyarakat Islam itu sendiri,yang selama ini selalu dihantu-hantui oleh musuh bersama zionis Israel yang
sengaja diciptakan oleh petualang2 itu (ibarat penciptaan hantu PKI selama 32 tahun rezim Orde Baru) yang sampai kapanpun tidak bisa ditundukkan,karena memang musuh itu imajiner belaka,paling tidak masalahnya bukan masalah agama tapi masalah tanah air dari bangsa (Israel dan Palestina) itu saja.

Gebrakan lebih laanjut adalah mengenai kritikannya mengenai Dept. Agama,yang disebutnya ibarat pasar yang memperdagangkan kepercayaan dan yang disebut hanya mengurusi salah satu agama saja yaitu agamanya saja.

Banyak gebrakan2 yang telah dilakukannya walaupun baru memangku Presiden beberpa hari a.l. menghadiri upacara keagamaan umat Hindu Bali,yang selama masa Orde baru adalah sangat dilarang seorang muslim menghadiri upacara keagamaan agama lain;Dialog2 langsung Gus Dur dengan siapa saja dan dimana saja,tanpa protokoler ketat, yang dilaksanakan dengan santai, kekeluargaan, informal dan jauh dari karakter feodal yang selama ini ciri khas rezim orde Baru.

Pernyataannya yang memintakan agar dia dipanggil cukup dengan Gus Dur saja,dan terahir ketika mengumumkan susunan kabinet Rabu siang, diulanginya agar dia disapa cukuplah dengan Gus Dur,jangan dengan sebutan jabatannya Presiden,demikian untuk wakilnya cukup dipanggil mbak Mega saja."Apalah artinya simbol simbol itu",katanya,"yang penting adalah hati dan perbuatan yang tulus untuk kesesejahtaraan rakyat Indonesia."

Gebrakan ini sangat luar biasa,karena selama ini selama pemerintahan rezim orde baru,hampir seluruh gerak dan perilaku para penyelenggara negara ini mulai dari puncak hingga yang terendah sarat dan penuh dengan simbol2 yang berujung kepada kepura puraan yang sangat memuakkan.Dan yang menyedihkan lagi bahwa perilaku pengutamaan simbol2 itu telah merasuki juga rakyat itu sendiri mulai dari yang iintelekual/elit sampai kerakyat kecil sekalipun.

Simbol2 yang dimaksudkan Gus Dur ketika di Istana itu baru merupakan simbol2 ucapan protokoler yang berbau dilebih2kan sehingga berkesan sangat feodalistik;sebenarnya banyak simbol2 yang didobrak oleh Gus Dur selama baru beberapa hari dia jadi presiden,a.l mengenai
ketika dia menerima para kiai diistana pada malam hari yang cukup dengan pakai kaos saja,dan duduk ramai2 tanpa pengaturan berlebihan.
Demikian pada hari2 berikutnya dalam perjalanannya,tanpa busana yang berlebihan,cukup dengan batik saja dan tanpa simbol2,asesories, lencana kebesaran dlsb.

Saya mengusulkan agar simbol ajudan Presiden dan Wapres yang dari angkatan yang selalu mematung dibelakangnya itu juga agar dihapuskan saja karena itu juga adalah simbol dari feodalisme. Sangat ironis dua orang berpangkat kolonel kerjaannya mematung dibelakang presiden/wapres dalam acara2 dimana saja.Kalau sifatnya sebagai ajudan apakah harus
pakai seragam tentara,walaupun ybs dari tentara?Cukuplah dia berada disekitar presiden/ wapres itu saja dan selalu siap bila dibutuhkan, dan berada mis.paling jauh sejarak 10 m. Pengamanan memang diperlukan,tetapi simbol2 yang mengesankan feodal itu agar dihilangkan saja.

Penampilan tanpa simbol2 yang mengelabui itu baik ucapan lebih2 assesories penampilan adalah patut dicontoh oleh semua lapisan baik dikalangan pejabat dari atas sampai kebawah dan juga dimasyarakat,lebih2 dalam situasi dan kondisi negara kita yang sangat2 berat menanggung
beban ekonomi.

Terutama simbol2 penampilan2 peninggalan rezim orde baru yang harus dirombak dan ditinggalkan, a.l pejabat setingkat menteri dengan ken- daraan dinas Volvo 920 terbaru diganti dengan yang lebih sederhana, kalau perlu cukuplah dengan cc 1600 saja untuk penghematan.
Termasuk2 Ketua2 Lembaga2 tertinggi dan tinggi negara.
Demikian halnya eselon2 dibawahnya,menurut kesanggupan anggaran hingga eselon II cukup Toyota kendaraan dengan cc 1300 s/d 1000, baik di pusat maupun di daerah2.

Demikian halnya dengan pakaian sehari2 yang sarat dengan simbol2 kemewahan agar diganti dengan pakaian2 sederhana tapi rapih,mis. tidak harus pakai jas/safari,cukup dengan pakai dasi saja bagi menteri sampai eselon III dan pakaian biasa bagi eselon dibawahnya, tanpa pakaian dinas seragam yang meniru gaya2 tentara yang doyan penyeragaman.

Pegawai Negeri yang pakaian Hansip dan seragam coklat dan korpri yang sarat dengan simbol2/ lencana2 dilingkungan Depdagri sampai kedaerah2 itu yang berkesankan angker dan seram sudah harus segera dihilangkan,karena pakaian2 itu justru counter produktif terhadap fungsi karyawan itu yang justru seharusnya mengayomi dan melayani.

Kalaupun diperlukan penyeragaman,agar dipilih yang tidak berbau tentara warnanya,tapi bahan2 dan warna yang sejuk bagi masyarakat yang dilayaninya,dan tidak perlu penyeragaman terpusat,cukuplah diserahkan kepada instansi2 masing2.Penyeragaman terpusat yang dilakukan pada zaman orba dulu adalah ulah pejabat pusat itu dalam rangka kkn pembelian,agar memperoleh komisi dan mark up jua adanya.

Dapat dibayangkan berapa besar penghematan anggaran baik negara maupun pribadi dengan penyederhanaan2 itu,belum lagi perolehan nilai2 yang tidak terukur secara material atas penimgkatan mutu karakter/pribadi manusia itu dengan penghapusan simbol2 yang sarat dengan kepalsuan itu.

kelana