Saturday, April 28, 2007

Kelana: Kepahlawanan dan keperkasaan (9/3-'99)

Kelana: Kepahlawanan dan keperkasaan (was Re: IkMIK: Pendaftaran jihad

jusfiq
Tue, 9 Mar 1999 10:07:51 -0500

Date sent:              Mon, 8 Mar 1999 18:36:57 -0600 (CST)
Send reply to: [EMAIL PROTECTED]
From: kelana <[EMAIL PROTECTED]>
To: Multiple recipients of list <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: IkMIK: Pendaftaran jihad


(...)

>
> Bukan hanya bacaan angku Jusfig,ada juga tontonan yang hingga sekarang
> masih ditayangkan di TV di Indonesia secara periodik bagaikan iklan
> (propaganda) dengan durasi 1/2 menit dari pagi hingga malam hari.Tayangan
> yang mempertonton kan bagaimana hebatnya pertempuran kemerdekaan
> Indonesia,yang seolah olah menyatakan bahwa RI itu diperoleh dengan
> pertempuran heroik.Tidak ada itu pergerakan/diplomasi sejak 1928.Inilah
> suatu strategi dan teknik pembentukan mindset,agar manusia2 Indonesia
> takjub dan mengakui keunggulan kekerasan pertempuran dan peperangan untuk
> kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan hingga sekarang oleh hanya para
> laskar/tentara.
>


Ini yang menarik buat saya di Eropa - dan Amerika - sekarang ini.

Tidak ada (lagi) usaha untuk menglorifikasi kepahlawanan
dan peperangan.

Memorial perang dunia ke II di Caen (Normandie) yang dulunya mau
dinamai Memoral Kemanangan, kemudian diganti dengan Memorial
Perdamaian.

Di Hull, Kanada, dekat Ottawa, juga ada Museum tentang perang dan
dengan jelas-jelas (saya masih ingat), dinyatakan disitu, bahwa
tujuan museum itu bukan untuk menglorifikai perang dan
kepahlawanan.

Di Indonesia, glorifikasi kepahlawanan itu dimana-mana.

Dan saya masih ingat, di Indonesia-l atau demi-demorkrasi dulu, ada
seorang penyair (saya yakin anggota Lekra dulunya) yagn diahun 1998
(atau 1997) mengagung-agungkan keperkasaan laskar Indonesia di
Maguwo atau entah dimana.

Saya kritik dan jawabnya: susah diskusi dengan Jusfiq!

Yang memuakkan adalah bahwa tidak ada (atau tidak banyak) yang
pahlawan dan perkasa di Indonesia itu.

Tanpa menjadi pemuja kebiadaban mari kita tanyakan: selama perang
kemerdekaan ada berapa serdadu Belanda yagn mati di Indonesia?

Tidak sampai seribu lima ratus, dan ini sudah termasuk yang mati
digigit nyamuk anofeles lalu kena malaria atau yang mati berantam
berebut lonte di Park yang saya sudah lupa namanya dekat Stasiun
Gambir dulu.

Dan tanyakan kepada jendral kancil Simatupang, Sudirman atau
Nasution, dimana saja mereka pernah bertempur?

Nggak pernah!

Keperkasaan jendral fascist Nasution adalah lari terbirit-birit
melihat bayangan serdadu Belanda sampai dengar kehilangan sandal.

Dan keperkasaan jendral Sudirman - saya masih ingat cerita di
Indoneia-l dulu - adalah lolosnya cabo fascsist Jepang itu dari
kepungan Beladna, karena keris pusakanya menurrunkan hujan atau
petir - saya sudah lupa....

Dan saya masih ingat lelucon Poncke Princen - yang mulanya tidak
tidak saya maklumi artinya: 'Pelan-pelan saja, Belanda masih jauh'.

Bagi yagn atidak tahu, kerja laskar Indonesia itu terutama adalah
...lari dari kejaran Belanda.

Kerja mereka cuma lari dari desa yang satu ke desa yang lain!

Atau ngerampok, memeras dan menindas penduduk atau saling
berbunuhan.

(Tan Malaka, Madiun, Kahar Muzakar, Baud Beureuh, PRRI/Permesta,
G.30.S hingga sekarang).

Sekali lagi: saya bukan orang haus darah yang ingin agar banyak
orang yang mati dalam peperangan, termasuk orang Belanda.

Yang mau saya katakan adalah: glorifikasi kepahlawanan serdadu
Indonesia yang selalu kita lihat di Indonesia itu adalah omong
kosong doang!

Dan - sambil lalu saya tambahkan - banyak penyair dan seniman Lekra
yang ikut mengglorifikasikan keperkasaan dan kepahlawanan laskar
Indonesia yang tidak ada itu.

Toha Pahlawan Bandung Selatan!

Mereka itu (penyair dan seniman Lekra itu) adalah tukang bohong
dan tukang tipu semuanya!

Dan bidan dwi-fungi!

Karena salah satu mitos yang memberi justifikasi dwi-fungsi itu
adalah kepahlawanan serdadu yang kerjanya saling berbunuhan dulu
itu.

Di apakabar, masalah ini saya singgung dulu beberapa kali.


> >> tetapi apakah pertempuran ini adalah
> >> jalan keluarnya? kita mempunyai masalah, dan bukankah lebih baik kalo
> >> kita tau masalahnya daripada langsung bertempur saja? masalahnya
> >> adalah, mengapa orang2 kita dengan mudahnya bisa diprovokasi? kalo kita
> >> bisa memecahkan masalah itu, tentunya kita akan bisa menghindari
> >> perang2 yang tidak perlu bukan?
> >>
> >
> > Dan sembari mengatas namakan Tuhan!
> >
> >
> >> mohon koreksi kalo salah,
> >
> >
> > Anda benar!
> >
> > Anda tidak salah!
> >
> > Yang salah, yang biadab adalah Kiyai Grinsing, Jihad
> > Fisabillillah, Ihsan, Mas Crody Crocodile dan orang-orang jahiliyah
> > dan buas lainnya!
> >
> > Ya, mereka adalah manusia buas dan biadab!
> >
> > Biadab!
> >
> > Buas!
> >
> > Haus darah!
> >
> >> xna
> >
> >
> >Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo
> =
> >======================================
>
> kelana


Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo =
======================================