Monday, April 30, 2007

[INDONESIA-L]:kenaikan harga/tarif yang menyengsarakan (27/02-'02)

From: kelana ([email]an2003no@...[/email])
To: Apakabar ([email]apakabar@...[/email])
Sent: Sunday, January 27, 2002 10:56 AM
Subject: kenaikan harga/tarif yang menyengsarakan



Pertamina minta kenaikan harga.
PLN minta kenaikan tarif.
Telkom minta kenaikan tarif.

Sebentar lagi,pabrik semen minta kenaikan harga.
Nanti,pabrik pupuk minta kenaikan harga.
Kemudian,PDAM minta kenaikan harga.
Jalan toll akan minta kenaikan tarif.
Pelabuhan minta kenaikan tarif.
dst

Alasannya,harganya sangat rendah bila dibandingkan dengan harga dinegara2 lain,sehingga terjadi penyelundupan bahan bakar ke L.N,hutang yang dipinjam dengan dollar tidak bisa dicicil dst dst.

Lain halnya dengan perusahaan2 negara yang kurang langsung berhubungan dengan publik,a.l perkebunan2 (karet,teh,kelapa sawit,coklat,gula dll),tambang2 justru tidak pernah ribut soal harga,karena mereka lebih senang bila harga jual perusahaan jauh rendah dari pasaran dengan alasan untuk rakyat.Sebenarnya mereka sangat senang demikian karena mereka adalah calo penjualan hasil produk perusahaan itu,yang dengan demikian mereka akan memperoleh untung besar secara pribadi,melalui perusahaan pembeli yang merupakan perusahaannya atau partnernya.Pabrik2 gula Negara ini yang kesohor pada era 60 an ,sekarang banyak yang sekarat karena inefisiensi, sehinggagula diimport.Akan menyusul yang lainnya.

Semua itu adalah perusahaan perusahaan milik negara.
Perusahaan2 yang dikelola oleh kebanyakan ex.Pegawai negeri/Priayi/Korpri,yang semuanya digaji sangat tinggi,tapi yang kita tau akan integritasnya yang sangat rendah.

Kalau para eksekutif perusahaan swasta bekerja efisien dan berusaha sunguh2 membesarkan perusahaannya dan rasa memilikinya tinggi,maka sebaliknya di seluruh perusahaan negara maka direksi dan pegawai2nya serta komisaris dan penguasa diatasnya mencari kesempatan bagaimana membagi bagi harta tak bertuan itu.

Bila perusahaan itu rugi,maka akan minta penyertaan lagi dari negara,atau minta tarif/harga dinaikkan seperti yang terjadi belakangan ini dan demikian terjadi gantian berulang ulang.

Semua kita tau bahwa perusahaan2 itu sebagai sapi perahan untuk segala kepentingan2 penguasa2 perusahaan dan penguasa2 di negeri ini.

Maka adalah sangat menyedihkan kita mendengar protes dan fanatisme buta dari rakyat Minang dan Gresik serta Sulsel akan diswastakannya pabrik semen Indarung, Gresik dan Goa.Sebenarnya justru menyelamatkan harta milik rakyat itu dari rongrongan penguasa,karena perusahaan itu akan efisien,Negara/rakyat akan dapat pajak,subsidi/beban tambahan penyertaan Negara tidak ada lagi,kesempatan kerja akan terbuka terus dst hal2 yang lebih menguntungkan
.
Sangat disayangkan rakyat itu masih rendah pengetahuan/ pendidikannya hingga gampang diperalat oleh kelompok2 kepentingan yang bermain disana terutama dari orang2 yang menggaruk keuntungan dari sana.

Direksi dan pegawai perusahaan2 negara itu biasanya integritasnya sangat rendah.Rasa memiliki akan perusahaan itu sangat rendah,berbeda dengan perusahaan swasta umumnya.

Efisiensi diperusahaan2 negara itu biasanya sangat rendah, kebocoran disegalalini terjadi.Kebocoran hasil produksi cukup tinggi.

Manejemen diperusahaan negara yang biasanya personilnya adalah ex Korpri/priayi adalah menejemen birokrasi pemerintahan yang status oriented , berbau menejemen tentara,chain of command yang diramu dengan menejemen ABS.

Seorang petinggi prusahaan tidak akan pernah mau turun kebawah untuk terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan atau turun memeriksa/mengawasi pekerjaan langsung kebawah tapi cukup minta laporan dari bawahan sejenjang dibawahnya.

Perilaku ini sangat jauh berbeda dengan di perusahaan swasta dimana perilaku2 priayi/birokrasi itu tidak ada dan menejemennya berkiblat kepada goal oriented dimana petinggi2 perusahaan bersama sama dengan unsur2 pelaksana usaha selalu terlibat dalam operasional detail perusahaan.

Tingkat kebocoran produk di PLN cukup tinggi (pernah saya baca dikoran kira kira 30 %) dan tidak pernah berkurang malah bertambah,di PDAM antara 40 s/d 50 %.Tentu diperusahaan negara lainnya tidak jauh berbeda.

Apakah Direksi atau petinggi2 PLN pernahturun kebawah kepelanggan2nya apakah rumah tangga atau perusahaan2, mengadakan control .bagaimana pelaksana2 tingkat bawah bekerja,berbuat dan berperan dalam menyuburkan atau menghambat kebocoran2 itu .?

Apakah sambungan2 langsung tanpa melaluimeter PLN pernah dicontrol langsung kelapangan,atau mengadakan sidak2,karena kebocoran2 PLN yang paling rawan terjadi dengan teknik sambungan langsung ini?

Sambungan2 langsung ke rumah2 lebih2 didaerah kurang teratur/kumuh sangat terang2an dilaksanakan dan ini adalah sumber penghasilan kedua dari pegawai rendah PLN.

Sedangkan sambungan2 langsung tanpa melalui meter keperusahaan pabrik tidak cukup hanya kerjaan pegawai rendah saja tapi sudah melibatkan pegawai menengah sebagai pelindungnya.

Demikian halnya di PDAM tidak jauh berbeda perilakunya dengan di PLN.Mudah2an dengan swastanisasi di PDAM Jakarta maka kebocoran2 itu dapat dikurangi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Modus operandi kebocoran2 diperusahaan Negara itu hampir sama seluruhnya;ada porsi kebocoran yang dikerjakan oleh pegawai rendah,ada yang melibatkan pegawai menengah dan kebocoran2 yangmelibatkan petinggi.

Kebocoran2 ini tidak pernah diatasi oleh petinggi2 perusahaan negara itu, tapi mereka lebih cendrung kepada menutupi kerugian2 itu dengan meminta tambahan penyertaan dari Negara/pemerintah dengan alasan rugi karena harga/tarif yang rendah.

Karena Negara/pemerintah pada saatini tidak punya wang lagi untuk mengadakan penyertaan seperti dilakukan selama ini,maka satu2nya adalah minta kenaikan harga/tarif seperti yang terjadi belakangan ini dan akan terus terjadi dari tahun ketahun untuk dibebankan kepada rakyat.

Tetapi,kebocoran dan inefisiensi struktural diperusahaan negara itu tidak akan pernah diatasi dan akan terus berlanjut.


kelana