Tuesday, May 1, 2007

Milih siapa ?....SBY-lah: Tapi...(1/8-04)

Milih siapa ?....SBY-lah: Tapi Ternyata Megawati lebih Cerdas dari J Topic List < Prev Topic | Next Topic >
Reply | Forward < Prev Message | Next Message >
Re: [apakabar] Milih siapa ?....SBY-lah: Tapi Ternyata Megawati lebih Cerdas dari Jenderal SBY


----- Original Message -----
From: Cinta Bangsa
To: apakabar@yahoogroups.com
Sent: Friday, July 30, 2004 6:33 PM
Subject: [apakabar] Milih siapa ?....SBY-lah: Tapi Ternyata Megawati lebih Cerdas dari Jenderal SBY

gd.
Hormat saya buat CB yang dengan detil mencoba mengemukakan pandangannya kedalam thread ini....:-)

CintaBangsa mau ikut nimbrung dalam diskusi ini:

gbdct berkata: Tim Mega Center (TMC) atau Tim Kerja Mega Hasyim (TKMH) atau Tim Pemenangan Mega Hasyim(TPMH) berpusat di jakarta dan secara organisatoris tersebar mengikuti struktur PDIP diseluruh wilayah Indonesia. Di Pusat, Limbuk tidak menempatkan ex militer pendukungnya di TMC atau TKMH atau TPMH, tapi berada didekat sekitar limbuk menjadi penasihat2nya dibelakang layar. Gubernur2 yang ex jenderal militer yang lebih dijagokan dari kadernya sendiri itu adalah termasuk penasihat2 TMC di wilayah kerjanya. Tadinya HP,HS,AG hendak dimasukkan resmi jadi anggota TMC Pusat tapi banyak yang protes dari luar ; bukan berarti tidak dipakai,malah ikut dalam rapat2 TMC. Malah tadinya SBY sebelum pisah ranjang adalah orang dekatnya lho.

CB
Di sekitar Megawati pasti ada eks militer, tapi mereka ada di lingkar tiga, atau paling banter lingkar dua. Itu tak terhindarkan by nature, selamanya. Tetapi elitnya tetaplah sipil. Ini yang penting, karena isu sesungguhnya dalam konteks ini ialah SUPREMASI SIPIL.

gd.
Aiiihh.....itukan hanya formal penampakan saja .........yang strategisnya y.i budaya,konsepsi dan cara pikir itu dikendalikan mereka.Ternyata realitas budaya,perilaku,perbuatan,tatacara dan warna yang terjadi dilapangan adalah konsepsi dan cara pikir mereka itu.
Ingat nggak zaman Soe dimana aspri yang nggak keliatan itu yang menggiring dan mewarnai budaya kerja Soe ??? yang saking berperannya dibelakang layar malah hendak pagar makan tanaman waktu itu?? Panglima abri waktu itu yang orang2 luar menganggap powerfull ahirnya mental dari peredaran.Kalau pembantu2 Soe waktu itu (level menteri) dianggap debu saja.
Jangan2 pejuang2 PDIP yang membesarkan PDIP sebelum limbuk meraih kekuasaan dinegeri ini yang sering makan nasi bungkus dengan dia waktu sebelum berkuasa itu (a.l DH,EJ,SS,TS,),pada terpental adalah strategi dan konsep mereka.

gbdct berkata: Bedanya diantara mereka hanya SBY secara terus terang menunjukkan orang2 militer yang ada mengelilinginya sedangkan MS menempatkannya tidak terus terang saja, tapi semua orang dapat melihat dan mengetahuinya.

CB
Ini bukan soal terus terang atau tidak, tetapi soal karakter dasar kelompok itu. Di kubu SBY elitnya yang eks militer, sipil-sipilnya di lingkar 2 atau 3. Justru di sini soalnya sekali lagi: SUPREMASI SIPIL atau TIDAK.

gd.
Seperti omongan saya diatas,bagi saya bukan penampakan/simbol2 itu yang penting,tapi budaya,konsepsi dan cara pikir.

gbdct berkata: Kau tanyakanlah kawan2 kita yang dari Karo mengenai itu...atau ada apakabarian ini yang dari Karo...mungkin bisa ngejelasin.

CB
Ini tidak relevan karena kawan-kawan KARO yang ada di kubu Megawati semuanya sipil, kecuali barangkali ada satu atau dua. KARO secara tradisional adalah stronghold pemilih Soekarno dan sekarang Megawati. Buktinya, dalam pilpres putaran 1 di Kabupaten KARO, Megawati mendapat suara 72,25 %. Jadi soal KARO tidak relevan dgn soal militerisme yang Anda tengarai.

gbdct berkata: Bagi saya sih......seperti sejak semula saya kemukakan dalam tulisan2 saya disini ....kedua-duanya ini sama2 tidak bisa diharapkan terlalu banyak melanjutkan reformasi dan pemberantasan KKN yang sudah parah itu.

CB
Harus ada harapan, betapa pun kecilnya harapan itu. Terlebih, nyatanya keduanya yang masuk putaran kedua. Reformasi, termasuk pemberantasan KKN, bukan proyek 3-5 tahun, tetapi 30-50 tahun sedikitnya. Bandingkan saja soal rasialisme di AS yang memakan waktu ratusan tahun untuk berhasil, meskipun masih belum ideal juga. Saya berpendapat, mengakhiri budaya KKN di Indonesia akan makan waktu sangat lama, tak cukup 3 tahun.

Mengapa banyak orang marah/frustrasi/sebal/tidak puas kepada Megawati, antara lain terletak dalam soal harapan. Harapan (level of expectation) mereka terlalu tinggi bahwa penyakit kronis KKN bisa selesai dalam 3 tahun. Bagaimana pun, kita harus lebih sabar. Yang penting dalam hal ini ialah apakah kita sedang bergerak ke arah yang benar atau tidak. Dalam kaitan ini, kita perlu mengingat petuah orang bijak: Tidak begitu penting di mana kita berada sekarang, tetapi yang penting ke arah mana kita bergerak. Nah, kalau Anda baca Visi, Misi, dan Rekommendasi 5 pasangan MH, kan jelas arahnya kemana. Ini yang harus kita ingat dan perkuat agar lebih berhasil di periode berikut, sekali lagi, di bawah SUPREMASI SIPIL.

gbdct berkata: MS sudah membuktikannya selama 3 tahun lebih dia jadi presiden, kurang cerdas, diam melulu,otoritarian, kebanyakan tidur siang.

CB
Megawati tidak memuaskan semua orang, jawabnya YA. Megawati belum berhasil secara spektakuler, jawabnya YA. Megawati tidak mampu memberikan obat dewa kepada negeri ini, jawabnya YA. Tetapi kalau dibilang tak ada prestasi apa-apa, saya kira keterlaluan. Semua orang bisa melihatnya dalam salah satu dokumen kampanye MH yang disebut GAJAH DI PELUPUK MATA TIDAK KELIHATAN (kunjungi www.megahasyim.com untuk melihatnya.

gd.
-Arah Negara ini bergerak kearah yang benar bukanlah kerjaan Presiden sebagai kepala eksekutif atau sebagai kepala negara, ,tetapi adalah kerja MPR,lho.Penjabaran arah itu agar dapat dieksekusi berupa UU adalah kerjaan kepala eksekutif bersama DPR dan terahir disyahkan kepala negara.
Mengeksekusi UU itu adalah kerjaan kepala eksekutif......disini limbuk ambil peranan.
-Dalam 3 thn lebih limbuk jadi kepala eksekutif ,apa yang sudah di eksekusinya???Nyalahin anak buah melulu-khan??Nyalahin warisan saja bukan???Untuk apa dia jadi kepala eksekutif???Negeri ini tetap masuk 3 besar terkorup di dunia.
Tidak satupun tindakannya memberikan tanda2 adanya usaha2 perbaikan.Jakgungnya yang tidak bisa jelasin hartanya saja dilindungi.(ataukah saling lindungi??)
Hampir semua komoditi pertanian/pangan(beras,gula,kedele,buah2an,daging dll ) diizinkan diimpor,karena secara cepat menghasilkan untung /komisi bagi pengusaha/oknum birokrat-penguasa,tetapi sebaliknya memiskinkan petani2 negeri sendiri dan menguras devisa yang susah payah dikumpulkan.
Untuk apa dia jadi kepala eksekutif kalau kasus 27 Juli saja yang menyangkut kader2nya dan segar diingatannya,prosesnya
dibiarkan molor mungkret nggak jelas juntrungannya ???
Untuk apa dia jadi kepala negara kalau KPKPN yang kinerjanya kita ketahui cukup lumayan,membiarkan saja UU nya di eliminasi oleh DPR dan KPKPN itu dilebur ke KPK??
Hal2 diatas dapat saja di jawab dan dijelaskan kenapanya ..........tapi bukan penjelasan itu yang perlu......tapi...intinya adalah apa yang sudah diperbuatnya sebagai langkah2 kecil yang memberikan harapan bagi rakyat yang menunggu nunggu?

CB.
Megawati kurang cerdas? Tidak juga! Akan saya tunjukkan di bawah bahwa Megawati lebih cerdas dibandingkan Jenderal SBY. Perlu diketahui, setidaknya ada 7 macam kecerdasan manusia. Pertama, kecerdasan musikal, contohnya milik Beethoven. Kedua, kecerdasan verbal, contohnya milik Bung Karno dan dalam derajat yang lebih rendah milik SBY. Ketiga, kecerdasan sosial, contohnya milik Bob Hope. Keempat, kecerdasan matematikal, contohnya milik Habibie. Kelima, kecerdasan politikal, contohnya milik Akbar Tandjung. Keenam, kecerdasan moral/spiritual, contohnya milik Aa Gym. Ketujuh, kecerdasan fisikal, contohnya milik Rudy Hartono. Nah, kecerdasan mana yang Anda maksud rendah pada Megawati sehingga tak layak menjadi presiden?

Apakah Megawati cerdas secara signifikan komplit dalam 7 bidang? Jelas tidak. Tak seorang manusia pun demikian. Tuhan menganugerahkan porsi kecerdasaan yang sesuai bagi tiap-tiap orang. Tetapi menurut saya, Megawati itu cerdas, utamanya di bidang moral/spiritual, politikal, sosial, dan verbal. Dapatkah Anda menemukan cacat moral serius pada Megawati? Nyatanya dia orang jujur, saking jujurnya dia tidak bisa bersandiwara atau mencla-mencle seperti kebanyakan politisi lainnya. Dia tak punya wajah seorang pemain poker. Dia juga mampu memaafkan orang-orang yang pernah menzaliminya. Ingat, Megawatilah yang pertama berseru supaya jangan menghujat Soeharto. Bandingkan dengan dengan banyak kita-kita di milis ini yang gemar memakai kata-kata immoral bila tak bersetuju dengan lainnya. Dari semua jenis kecerdasan, kecerdasan moral spiritual adalah yang paling fundamental untuk kualifikasi seorang pemimpin, terutama presiden. Artinya, tanpa kecerdasan moral/spiritual yang kuat maka keenam kecerdasan lainnya tak begitu bermanfaat bagi masyarakat, bahkan justru membahayakan. Bukankah para penjahat negara dan koruptor adalah orang-orang cerdas minus moralitas/spiritualitas?

gd
Okey,saya ikuti alur pemikiran anda.
-Apakah limbuk yang ikut konspirasi menjatuhkan GD di MPR itu memiliki kecerdasan moral/spiritual yang heibat?
-Jangan menghujat Soeharto bukan berarti tidak memprosesnya secara hukum,seharusnya ini salah satu prioritasnya.
-Apakah secara moral /spiritual limbuk itu heibat dengan membiarkan korban2 soe baik politik(a.l korban2 p.Buru,korban2 pembunuhan massal 1966,korban Aceh,Priok,27 Juli dll),ekonomi (a.l pemiskinan sebagian besar rakyat Indo. karena KKN yang parah selama Soe berkuasa) tidak memperoleh keadilan atas penderitaan mereka selama ini dengan mengatakan agar Soe jangan dihujat tetapi membiarkan Soe tidak diproses secara hukum ?Apakah itu pertanda orang yang jujur,tidak mencla mencle?
-Apakah kita memerlukan orang pemaaf disatu pihak dengan menisbikan penderitaan berat korban dari orang yang dimaafkan???
-Apakah orang seperti itu yang memiliki kecerdasan moral/spiritual yang heibat????
Sebaiknya menilai harus dari 2 sisi-laah !!!!

CB.
Megawati juga cerdas secara politikal, buktinya dia mampu menjadi menjadi ketua DPC lalu menjadi Ketua Umum PDI-Perjuangan, bahkan akhirnya menjadi presiden. Dia berhasil menjaga partainya dari rongrongan Soerjadi Cs dulu. Dia bahkan sukses menjaga PDI-P dari gempuran Soeharto. Pasca Soeharto, PDI-P bahkan menjadi partai terbesar. Jadi tidak ada dadakan simsalabim di sini. Kalau sekadar karisma Bung Karno, meski pun ini faktor plus juga, mengapa bukan saudara-saudaranya yang lain yang menjadi tokoh partai lalu kemudian tokoh bangsa? Sejak bagian akhir era Soeharto, Megawati telah menjadi salah satu politikus terpenting di Indonesia.

gd.
Suryadi merekrut limbuk dulu dengan maksud memanfaatkannya karena anak Bung Karno,bukan karena limbuk seorang politikus.PDI waktu itu adalah sarang dari tokoh2 ex pengikut Bung Karno baik dari PNI,Partindo,Parkindo,partai katolik.
Masuknya limbuk ke PDI disambut gegap gempita oleh pentolan2 ex pengikut Bung Karno baik itu yang aktif di PDI.
Tidak ada pilihan lain dalam dunia politik mereka kecuali mendukung Limbuk dan inilah motor raksasa yang mendorong limbuk keatas hingga jadi besar (termasuk gus Dur).Setelah jadi besar,terjadi krisis politik dan dwifungsi,ex2 militer dan ex orba mulai masuk ketubuh PDI/P mendukung dia.Sebelum limbuk jadi wapres/pres pentolan2 ex pengikut BK itu masih berperan di PDIP.
Setelah limbuk jadi wapres dan kemudian jadi pres. terjadilah pergeseran2 didalam hingga pendukung2 setianya yang membesarkan dia itu pada terpental keluar atau non job atau di-non fungsionalkan atas desakan2/manuver dari pendukung barunya.Jadi dia besar bukan karena kehebatannya tapi karena tiada pilihan bagi ex pengagum/pengikut BK untuk membesarkannya dengan harapan akan dapat memanfaatkannya.Mereka2 itu salah perhitungan karena ada TK disana yang dapat membaca itu semua sehingga merekrut politisi2 Orba dan ex militer masuk kedalam.Sekarang disana itu saling memanfaatkan.Menurut saya sih limbuk itu adalah turunan biologis dari Bung Karno dengan gen dominan dari bu Fat yang lebih senang tinggal dirumah,urusan keluarga,dapur, kebon,momong anak/cucu, bobok siang dll.

CB.
Bagaimana dengan kecerdasan sosialnya? Lihat saja akhir-akhir ini. Yang mana lebih digemari sebagai mitra koalisi: Megawati atau Jenderal SBY? Mengapa Megawati lebih disukai? Jawabnya: dia cerdas secara sosial. Dia lebih menyenangkan sebagai friend. Dia tak pernah bersikap dan berkata kasar. Terhadap orang yang menyakitinya pun dia tak pernah jahat. Tak ada dendam di hatinya. Buktinya, kepada seorang Sutiyoso dan SBY yang terlibat dalam peristiwa 27 Juli pun dia memberi kesempatan. Dia terkesan pendiam. Tetapi menurut orang-orang dekatnya dia suka ngobrol kok. Dia terlihat dingin hanya kepada orang yang belum dikenalnya atau menurut intuisinya akan take advantage dari dia. Dia setia kepada kawan-kawannya. Hanya kawan-kawannya yang memaksakan kehendaknya saja dia akhirnya membiarkan orang itu pergi dan menjauh. Dia sendiri tak pernah memecat anakbuahnya. Dia juga willing to share bahkan murah hati dalam sharing kekuasaan. Inilah sebab mengapa tokoh-tokoh partai lebih suka padanya. Bandingkan dengan SBY. Gus Dur pernah komplein: Belum jadi presiden aja sudah pasang harga tinggi. Sejumlah media sudah komplein: SBY mulai jumawa. Terakhir Akbar Tandjung menyodok: SBY tidak menghargai partai-partai politik. Dia menutup pintu bagi kerjasama. Dia ingin memenopoli sendiri kekuasaan. Dia pelit berkoalisi.

gd.
Apakah ketidak mampuan limbuk untuk meminggirkan Sutiyoso yang jelas2 bermasalah anda sebut karena kecerdasan social?
Menurut saya sih ini karena kedunguan social.!!!
Saya sih tidak perlu apa kata orang dekatnya (karena biasanya jilatan2 karena kepentingan) tapi dari apa saja yang telah diperbuatnya,dilakukannya,dikerjakannya,diomongkannya di realitas kehidupan yang terjadi ditengah2 rakyat negeri ini.
Apakah dengan hanya mengutus putrinya Maharani untuk berkunjung ke Ambon melihat kejadian yang dialami rakyat Ambon dan memberi sumbangan entah atas nama siapa disana,berkunjung ke Aceh hanya sampai dilapangan terbang dan sejam kemudian balik kiri ke Jakarta adalah merupakan kecerdasan social???
Untuk apa itu kecerdasan social hanya dikalangan bangsawan2 partai yang kita semua tahu mereka2 itu hanya memikirkan kepentingannya sendiri tetapi tidak cerdas dalam turun bersocialisasi dengan rakyatnya?
Pernah nggak baca dikoran/dengar berita yang wartawan nggak bisa wawancara dengan dia karena dia ngambek karena wartawan tidak sopan katanya?

Megawati juga cerdas secara verbal, meskipun tidak sehebat Bung Karno. Dia banyak diam bukan karena tak piawai bicara, tetapi dia sudah sering jelaskan alasannya. Jadi diamnya itu adalah sebuah pilihan bukan karena tidak mampu. Buktinya, saat debat capres Megawati vs Amien Rais, yang konon paling jago dalam kecerdasan verbal, apakah Megawati kelihatan idiot? Tidak juga kan? Masalahnya, kita-kita ini gemar pada retorika dan kata-kata berbunga dan bersayap. Tapi, kalau dipikir secara dingin, lebih penting mana bagi seorang pemimpin Indonesia: retorika atau esensi? Megawati memilih diam meskipun dia tahu diamnya tak populer. Dan itu bisa ditafsirkan sebagai sebuah karakter yang kuat.

gd.
Saya pernah menanyakan kepada kawan2 yang pernah bersama2 mendengar sambutan spontan limbuk ini mengenai apa yang dibicarakannya pada sambutan spontan itu.Tadinya saya agak segan mau bertanya ke kawan2 itu takut dipermalukan tetapi setelah satu persatu saya lihat muka mereka ternyata semua juga bingung menjelaskan karena tidak mengerti.
Paling ucapan2 retorika 'merdeka' ,'hidup wong cilik.' yang bisa dingerti.

Megawati kebanyakan tidur siang? Wah, saya kira cuma anak-anak dan suaminya yang berhak mengatakan demikian jika benar. Kita-kita yang tak pernah menemani Presiden Megawati selama 3 tahun x 365 hari x 24 jam ini, tidak punya hak moral, tidak qualified, mengatakannya. Orang-orang dekatnya selalu mengatakan - dan Megawati sendiri pun selalu mengatakan - bahwa dia selalu bekerja keras.

Megawati otoritarian? Ini pun jauh panggang dari api. Karena dia sangat konstitusional lah maka proses penegakan hukum di negeri ini menjadi sangat lambat rasanya. Lihat saja kasus Halid dan Puteh belakangan ini. Kalau Megawati otoriter, sudah sejak bulan lalu keduanya masuk penjara.

gd.
Apakah sebutan kepada orang yang tidak mau menerima masukan dari bawahannya apakah itu dari struktur di DPPnya atau dari daerah2 dan tidak hanya dari satu daerah tapi hampir dari seluruh daerah a.l dalam pencalonan gubernur2 itu?
Apakah artinya kalau untuk pencalonan Gubernur,bupati dan walikota harus ada rekomendasi dari limbuk?
Kalau untuk kasus Halid dan Puteh dia tidak perlu otoritarian lah,tapi dia perlu tegas.Masa untuk menonaktifkan Puteh saja nggak bisa tegas,muter2.

Mari kita ingat, hukum dan demokrasi bukan sekadar sistem tetapi juga prosedur. Prosedur hukum lah yang membuat The Halid Brothers bisa mengelak dengan alasan sakit. Dan secara umum, ini juga salah satu penjelasan mengapa penegakan hukum di negeri ini terasa berjalan bagaikan siput. Kalau mengikuti rasa keadilan masyarakat, mestinya langsung saja penjahat-penjahat republik ini dieksekusi oleh petrus-petrus baru
.

gd.
Maksudnya saya setuju banget.
Mungkin yang tepat adalah hukum dan demokrasi itu adalah suatu sistem yang tidak hanya melihat hasil ahirnya (output) tapi juga harus memperhatikan prosesnya a.l prosedure.
Apakah limbuk dalam membangun perumahan Brimob di Jl.Kwitang mengikuti prosedure perundangan mengenai pengalokasiaan anggaran?? Menurut bisikan si menteri sek.neg (saya lupa namanya, anak buahnya si Moerdiono itu),wangnya diambil dari anggaran non budgeter Presiden ex Bulog? yang sebenarnya sudah dihapus/dilarang adanya pos dana itu oleh DPR dan telah di kembalikan ke Kas Negara di Dpt.Kew.???
Apakah pembelian pesawat Sukhoi dari Rusia oleh geng Rini Suwandi dan Wijanarko yang disetujui limbuk itu dan diperintahkan diambil dari APBN yang telah di UU kan,padahalnya pos anggaran pembeliannya tidak pernah dialokasikan di APBN?????
Kenapa kalau untuk yang begitu dia tidak mengikuti sistem/prosedurenya malah dikerjakan secara cepat tapi hanya untuk menonaktifkan si Puteh yang sudah tersangka bukan main sulitnya ??pada hal itu adalah bawahannya?

gbdct berkata: Meaawati menyalahkan pembantu2nya dan warisan yang diperolehnya dimana itu sudah merupakan habit, tabiat,sifat yang akan terus dia bawa-bawa.

Mungkin ada benarnya. Kita pun di rumah masing-masing pasti sekali dua kali menyalahkan pembantu atau sopir kita, bahkan memecat mereka. CEO perusahaan pasti di sana-sini juga menyalahkan bawahannya bahkan memecat mereka. Wajar jika Megawati pun di sana sini menyalahkan pembantunya. Tapi mari kita lihat dua mantan pembantu utama Megawati: eks Menko Kesra dan eks Menko Polkam. Sejauh ini belum pernah kita dengar Megawati menyalahkan keduanya secara publik.

Sebagai menteri utama mereka berdua telah bersumpah akan menjalankan tugasnya dengan baik sampai tuntas. Nyatanya mereka berdua mundur di tengah jalan, dan tidak cuma itu, mereka bahkan bersatu padu melawan eks atasannya. Moralitas apa yang mereka berdua tunjukkan dan teladankan. Memang wajar bila ada bawahan yang tidak puas pada atasannya. Pilihan terakhir tentu mundur. Itu yang pernah dilakukan Hatta dan TB Simatupang. Tetapi Hatta dan Simatupang sampai akhir hayatnya tak pernah menjelekkan Soekarno. Hatta bahkan secara pribadi tetap menjaga persahabatan dengan Soekarno dengan berkirim surat. Dalam segala kekecewaanya, Hatta dan Simatupang tetap menjaga dan menghormati kewibawaan Soekarno. Mereka memilih mundur dan menderita dalam diam. Tidak komplein apalagi melawan.

Dalam derajat yang lain, hal yang sama ditunjukkan oleh Jenderal AH Nasution dan Jenderal M Jusuf. Nasution membawa uneg-uneg hatinya sampai mati. M Jusuf pun tampaknya akan demikian. Mereka tidak pernah mengata-ngatai atasannya, apalagi bangkit melawan pemimpinnya. Mereka menunjukkan karakter perwira dan pahlawan sejati.

Bandingkan dengan Jenderal SBY. Sebenarnya publik tak pernah tahu apa sebenarnya ketidakpuasan Jenderal SBY terhadap Presiden Megawati. SBY telah diberi otoritas dan ruang yang sangat luas dalam menjalankan tugasnya, meski pun kita tahu, tak ada yang memuaskan di Aceh, Ambon, atau Papua. Di Poso, malah JK yang berjasa. Di zaman Soeharto mana ada seorang pembantunya boleh bersinar seterang SBY di bawah Megawati.

Hanya karena SBY merasa tak diundang rapat di istana, yang notabene adalah rapat kabinet rutin, ia lalu ngambek dan komplein di media. Andaikan benar demikian pun, tak layak lah ia merasa dizalimi. Kata zalim hanya kita pakai untuk perlakuan yang di luar batas perikemanusiaan. Apakah tak diundang rapat sudah tepat disebut dizalimi? Sebenarnya, publik harus bertanya, lebih penting lagi SBY harus bertanya pada dirinya, mengapa dia sampai tak diundang? Apa kesalahan dirinya, apa yang dilakukan SBY sebelum dia tak lagi ikut diundang rapat? Mestinya dia introspeksi dulu sebelum komplein. Juga, publik harus bertanya, mengapa sampai Taufik Kiemas menyebut SBY kekanak-kanakan, terlepas bahwa ucapan itu di di depan media barangkali kurang etis. Sekali lagi, moralitas kepemimpinan apa yang didemonstrasikan Jenderal SBY sampai ia berani mengangkat tinjunya melawan atasannya.

Lebih-lebih dengan Jusuf Kalla. Kita tak pernah tahu bahwa ia tidak puas pada kepemimpinan Megawati. JK bahkan sebenarnya dianggap Menko yang sukses. Tetapi ia mundur juga dan tega tidak menyelesaikan tugas yang diamanahkan oleh presidennya. Katakan saja Megawati dianggap kurang sukses, tetapi adalah tugas seorang bawahan untuk sekuat tenaga menyumbang prestasi bagi atasannya, bukan meninggalkan tugas, melalaikan amanah, lalu bahkan bangkit melawan atasannya. Moralitas kepemimpinan apa ini? Kalau pun kita harus menebak-nebak, satu-satunya alasan yang masuk akal bagi JK sampai melupakan amanah presidennya dan bangsanya, ialah karena ia sendiri menghendaki kedudukan atasannya. JK pernah bilang, saya memang opportunis. Di dunia bisnis (JK kan orang bisnis) orang memang selalu mencari opportunitas baru. Tetapi dalam kasus JK, opportunitas menjadi wapres telah mengalahkan sumpah jabatan, komitmen panggilan tugas dan amanah negara. Bagi saya, inilah cacat moral terbesar SBY dan JK. Sebutan apakah yang tepat bagi orang yang meninggalkan amanah? Netter sekalian bisa menemukan istilahnya. Di dunia militer, prajurit yang meninggalkan tugasnya disebut desersi.

gd.
Ho..ho..ho..ngk.
Kalau cara berpikir ototarian/militeristik/feodalistik memang demikian itu.Bawahan tidak boleh menyaingi atasan,lebih2 hendak merebut jabatannya walupun secara prosedur dan sistem yang ada.Orang Sumantra memvonnisnya dengan kualat.
Semua milik2 bawahan harus lebih rendah kwalitas dan kwantitasnya dari atasan.Kalau atasan punya 5 mobil maka bawahan jangan samapai punya 5 bh.Bila perlu,walaupun atasan nggak tau merek celana dalam bawahannya tapi sibawahan wajib tahu merek celana dalam atasannya supaya bawahan itu tidak membeli yang sama,tapi harus yang lebih rendah kwalitasnya.:-)
Kalau kita menganut paham demokratik dan menjunjung HAM maka limbuk dan geng nya harusnya tidak mempermasalahkan keinginan SBY itu,harus dengan sukarela melepasnya.
Begitu SBY mempersiapkan partainya,pentolan2 PDIP sudah ribut menyatakan bahwa ada menteri yang tidak loyal kepada atasannya ,tidak etis dan harus mengundurkan diri saja.Pada hal SBY sudah menyatakan bila tiba saatnya akan permisi mau mundur secara baik2.Mereka hanya ribut atas rencana SBY saja.Padahal pada waktu itu ada Yusril juga mempersiapkan diri jadi capres bila partainya dapat suara minimal yang disyaratkan,ada JKalla yang sudah mempersiapkan diri mengikuti konvensi capres Golkar.Tetapi kepada kedua orang terahir itu pentolan2 PDIP itu tidak galak,pada hal sama2 bawahan/pembantu Presiden.Jadi mereka takut karena potensi dan kemampuan SBY yang demikian besar.
Tidak pernah SBY menyatakan dia tidak puas atas atasannya.Adanya keinginannya untuk jadi Presiden tentu tidak boleh dihalang halangi oleh posisi sebagai pembantu presiden,dihalang halangi oleh ungkapan ototarian 'tidak loyal' 'tidak etis' itu.
Siapakah yang tidak bermoral dalam hal ini ?
Istilah desersi itu hanya ada dikalangan tentara karena yang bersangkutan tidak berada lagi ditempat tugas/tempat dia seharusnya ada untuk melakukan tugas/pekerjaan sebagaimana diperintahkan atasannya,tidak melaporkan hasil perintah itu karena dia menghilang atau membelot kepihak lawan.
Saya kira SBY jauh dari posisi itu,karena dia tetap berkeinginan melaksanakan tugas2 yang dibebankan kepadanya dan bila tiba saatnya dia akan permisi dengan baik2 ke limbuk.Eeeeh ...pentolan Mega yang di PDIP atau DPR ribut nggak karuan kebakaran jenggot menggosok2 limbuk dan berupaya mengucilkan SBY a.l melalui setneg untuk tidak diundang dalam rapat kabinet,tidak diundang /diikutkan mengkoordinasikan bidang sospol rapat di DPR.Undangan rapat koordinasi dikantornya untuk bidang sospol dengan instansi terkait yang diundangnya,gagal karena yang hadir tidak berkompeten.
Sekali lagi ,siapakah yang tidak bermoral dalam hal ini dimana karena kepentingan kelompok/sektarian lalu meniadakan kepentingan bangsa yang lebih luas??

gbdct berkata: Sedangkan SBY memang adalah warisan Soeharto yang tidak bisa menghindar total dari lingkungan masa lalunya tetapi lebih cerdas untuk kita coba selama 5 tahun kedepan.

Nah, Anda sendiri melihat problem SBY yang serius itu bagi kelanjutan reformasi. Dengan kata lain sebenarnya SBY pun bukan pilihan Anda jika Anda konsisten dengan cita-cita reformasi.

Dari semula bukankah saya sudah mengatakan dua2nya sulit diharapkan untuk melanjutkan reformasi dan memberantas KKN,hanya saya lebih memilih SBY-lah karena lebih cerdas,dan kita coba untuk 5 tahun yad,dengan harapan saya keliru memprediksi SBY;Sedangkan untuk limbuk,dengan penampilan 3 tahun lebih itu sudah memberi gambaran pasti bahwa reformasi akan mandeg dan KKN akan menggila,lebih2 karena ini adalah periode terahir boleh lagi jadi presiden (karena hanya boleh 2 kali) dan dianya tidak lebih baguslah dari SBY.


Lalu Anda mau anjurkan agar pilih SBY karena lebih cerdas dari Megawati? Secara musikal ya. Tapi apakah kepandaian bernyanyi secara esensial penting bagi kepemimpinan sebuah bangsa? Lebih penting kah itu dari kualitas moral/spiritual? Lebih pentingkah suara merdu daripada komitmen melaksanakan amanah? Untung saja dalam argumen Anda kegantengan tidak dimasukkan sebagai dasar memilih SBY.

baca argumen saya diatas.

SBY juga menang secara retorika, tetapi lihat juga fundamen retorikanya, moralitas pidatonya. Orang komunikasi bilang: the speaker is the message. Bagaimana Anda bisa terpukau olah retorika yang hebat dari seorang yang meninggalkan amanahnya, yang di dunia militer disebut desersi?

baca argumen saya diatas.

Nah, dari 7 macam kecerdasan di atas yang paling penting untuk kualifikasi presiden dan pemimpin pada umumnya, berturut-turut ialah kecerdasan moral/spiritual, politikal, sosial, dan verbal. Kalau matematikal dan musikal juga ada baguslah, tapi kalau tak menonjol pun juga tak apa-apa.

Jadi jika ditimbang lebih saksama, maka skor kecerdasan Megawati untuk kualifikasi presiden, ternyata lebih unggul dibandingkan dengan Jenderal SBY, utamanya dalam bidang moral/spiritual, politikal, dan sosial. Ketiganya sangat fundamental dalam kepemimpinan. Soal kecerdasan verbal, Megawati kalah sedikit, tapi juga tak jelek-jelek amatlah. SBY unggul dalam musikal, tapi kecerdasan ini tak begitu penting dalam kepemimpinan. Maka all ini all, di mata saya, Megawati lebih cerdas dari Jenderal Susilo.

Argumentasi saya diatas malah menyatakan sebaliknya,....iya...bukan.!!
Sekali lagi, saya lebih memilih SBY-lah karena lebih cerdas(lihat tanggapan2 saya diatas),dan kita coba untuk 5 tahun yad, ,dengan harapan saya keliru memprediksi SBY(yang akan kurang mampu melanjutkan reformasi dan pemberantasan KKN itu);Sedangkan untuk limbuk,dengan penampilan 3 tahun lebih itu sudah memberi gambaran pasti bahwa reformasi akan mandeg dan KKN akan menggila,lebih2 karena ini adalah periode terahir boleh lagi jadi presiden (karena hanya boleh 2 kali) dan dianya tidak lebih baguslah dari SBY.


Tabik,
CintaBangsa

Tabik juga,
gdbct