Wednesday, May 2, 2007

Re: [apakabar] Mega-Hasyim Melangkah Pasti Ke Ist (27/8-04)

SBY suatu keharusanRe: [apakabar] Mega-Hasyim Melangkah Pasti Ke Ist Topic List < Prev Topic | Next Topic >
Reply | Forward < Prev Message | Next Message >
-Memang tidak salah dan adalah haknya bila MSP berupaya mempertahankan
sedapat mungkin kekuasaan/jabatan Presiden yang telah dipegangnya selama
ini karena konstitusi memberikan peluang memegangnya untuk kedua kalinya.

-Selama ini MSP mengeluh tidak dapat berbuat banyak untuk kepentingan rakyat
banyak karena kekuasaan eksekutif yang dia pegang tidak utuh tapi terbagikan
kepada kekuatan dalam koalisi pelangi yang mendudukkan dia di kursi presiden itu.
Dalam 3,5 tahun dia memangku jabatan presiden sebagai kepala eksekutif itu
lebih banyak mengeluh daripada berbuat yang kongkrit untuk kemajuan kehidupan
berbangsa dan bernegara.Mengeluh akan warisan Orba,mengeluh akan kesalahan
/ketidakbecusan bawahan/menterinya,ketidak becusan birokrasi eselon 1 kebawah
dengan alasan karena geraknya dibatasi oleh koalisi pelangi yang mendudukkanya
dikursi presiden itu.Indikator kegagalan pemerintahannya yll yang terutama adalah
semakin merajalelanya KKN dinegeri ini dimana negeri ini termasuk dalam 3 besar
negara paling korup didunia.

-Sekarang dalam hendak mempertahankan kekuasaan presiden yang telah dipegangnya
itu dia tidak lagi berfikir kekuasaan itu untuk kemaslahatan rakyat dan bangsa tetapi
hanya untuk kekuasaan itu belaka.
Karena ternyata untuk mempertahankannya dia menelan kembali ludahnya yang
menyalahkan pihak lain (a.l koalisi pelangi) yang menghambatnya melaksanakan
kekuasaan presiden yang dipegangnya untuk kemaslahatan rakyat/bangsa/negara
pada masa2 yll.
Karena untuk mempertahankan kekuasaan presiden itu dia membentuk lagi koalisi
kebangsaan yang pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan koalisi pelanginya yll
yang tetap akan membagi bagikan kekuasaan presiden itu.Apabila dia nantinya dapat
meraih kekuasaan prsiden itu kembali maka progres penampilannya sebagai presiden
untuk masa yad pasti tidak beda dengan yll karena dia dalam melaksanakan kekuasaan
itu akan tetap dipengaruhi oleh teman2 koalisinya yang biasanya banyak negatifnya
yang ahirnya keluhan dan menyalahkan pihak lain yang akan terdengar.Yang pasti KKN
itu akan semakin meraja lela,dan negara Indonesia akan tetap termasuk 3 besar negara
paling korup didunia.

-Padahal apabila dia berprinsip mempertahankan kekuasaan presiden itu tidak semata
untuk kekuasaan saja tetapi untuk kemajuan bangsa dan negara maka bentuk2 koalisi
seperti yang dia tempuh sekarang seharusnya dia hindari,karena pemilihan presiden
sekarang tidak lagi melalui sistem perwakilan di MPR seperti yll,tetapi sudah sistem
langsung oleh rakyat.

-Seharusnya MSP menganut paham negarawan,menghindari kelemahan bagi-2 keku-
asaan pada koalisi pelangi yll,menghindari pempretelan kekuasaan presiden karena
koalisi yad. Seharusnya dengan prinsip negarawan maka MSP dengan pengalaman
koalisi yll lebih mengambil sikap lebih baik tidak jadi presiden daripada kekuasaan
itu dibagi bagi kepada kelompok2 kepentingan yang lain demi kemajuan bangsa dan
negara ini kemasa depan.

-Dengan berpegang pada prinsip negarawan itu maka adalah sangat terhormat bagi
MSP yang mengemban beban nama besar Bung Karno untuk maju pada pilpres
ke 2 yad dengan hanya mengandalkan kekuatannya sendiri melalui PDIP satu2nya
sebagai mesin politiknya dimana sebagai incumbent tadinya dia masih punya
banyak peluang dan waktu untuk mendatangi rakyat pemilih untuk memperoleh
simpati dan berpihak padanya dari kira2 107,4 juta pemilih pada pilpres 1 yll dimana
diluar perolehan SBY pada pilpres-1yll akan ada kira2 44 juta pemilih mengambang.

-Sangat disayangkan MSP telah tidak percaya diri lagi sejak secara beruntun sejak
keterpurukan perolehan suara partainya pada pemilu legislatif yll dengan hanya meraih
suara 21 jt pemilih (16%) (pada hal pada pemilu '99 kira2 33%) dan hanya meraih
28,1 jt (26%) pemilih pada pilpres-1 yll dari target lebih 50%.

-Koalisi kebangsaan telah terbentuk dan semua telah mengerti bahwa tujuannya adalah
untuk kekuasaan semata bukan untuk kemajuan dan kemaslahatan rakyat,bangsa
dan Negara Indonesia kedepan.
Maka resistensi menghambat kemenangan MSP dengan koalisi kebangsaan itu akan
menjadi kenyataan dan akan semakin kencang dan pakem.

Seruan "SBY adalah suatu keharusan" akan semakin kencang.


gdbct

----- Original Message -----
From: allindo
To: apakabar@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, August 25, 2004 5:00 PM
Subject: [apakabar] Mega-Hasyim Melangkah Pasti Ke Istana Negara.

Dengan terbentuknya Koalisi Kebangsaan, paling tidak kans atau peluang
dari Capreswapres Mega-Hasyim akan lebih terbuka lebar. Untuk dapat me
ngusur kompetitornya, yaitu: Capreswapres Susilo-Kalla yang diungulkan
sebagai pemenang Pilpres putaran tahap ke II seperti hasil polling. Di
lakukan oleh IFES maupun LSI yang validitas dari datanya masih dapat
diperdebatkan itu. Jauh beda dengan quick count yang memang validitas
data yang digunakan merupahkan sample dari data-data di TPS-TPS obser
vasinya yang cakupannya cukup luas. Tidak heran kalau hasil rekapitula
si di KPU berselisih sedikit kalau tidak boleh dikatakan berhimpitan
angka-angkanya. Sehingga quick count boleh dikata tidak secara terselu
bung mengkampanyekan suatu parpol atau Capreswapres. Karena memang me
rupahkan data matang dari hasil olahan di lapangan yang valid. Tidak
seperti hasil poling IFES maupun LSI yang tidak diketahui juntrungnya
sekedar hanya alat kampanye terselubung dari kandidat Capreswapres Su
silo-Kalla saja.

Bilamana dibandingkan dengan Pilpres putara tahap ke I yang hanya PDI-
P, PDS dan sebagian dari NU mendukungnya. Maka dengan dideklarasikanya
Koalisi Kebangsaan makin meluaslah dan mengurita tentakel dukungan hin
ga merambah ke seluruh pelosok. Dari daerah dominan berwarna kuning,
merah, hijau hingga unggu akan mudah digarap untuk memenangkan pasang
an Mega-Hasyim. Meskipun ada upaya dan usaha dari rival politiknya me
lakukan gerakan politik devide et impera terhadap kesoliditasan dari
koalisi ini. Itu adalah bagian dari sifat natural manusia yang merasa
terancam keeksistensiannya dengan adanya koalisi tersebut. Tidak heran
bilamana Susilo maupun Kalla blingasan menanggapinya melalui kunjungan
ke tokoh-tokoh oposan dalam partai bersangkutan. Maupun melalui komen
tar keras yang biasanya tidak keluar dari mulut yang bersangkutan guna
menjaga imeg sebagai orang yang kalem dan sabaran. Akibat letupan itu
masyarakat luas, pelan tapi pasti semakin mengetahui karakter sebenar
nya dari yang bersangkutan. Mestinya Megawati harus berani untuk membe
lejeti secara halus siapa Susilo-Kalla itu, karena pernah menjadi anak
buahnya di pemerintahan. Diharapkan masyarakat luas akan semakin paham
siapa sebenarnya orang-orang ini. Sayangnya Megawati adalah politisi
sopan nan satun sehingga dia lebih banyak mengandalkan nuraninya untuk
berpolitik.

Harapannya adalah hanya satu tujuan, seperti kompeni dahulu bisa mengu
asai Nusantara yaitu memecah belah dan menguasainya. Tentunya dibalik
itu semua, di kancah dunia perpolitikan melalui adagium kepentingan ma
ka pastilah janji-janji manis membagi kue lezat kekuasaan ditebarkan.
Adalah suatu kebohongan besar bilamana pasangan Capreswapres Susilo-Ka
lla selama ini koar-koar di media bahwa mereka hanya berkoalisi dengan
rakyat. Juga kunjungan-kunjungan ke tokoh-tokoh oposan partai tidaklah
membawa janji-janji manis pembagian kue kekuasaan tetapi merupahkan si
lahturahmi biasa. Siapa yang percaya akan janji seorang politisi, apa
lagi politisi tersebut berusaha untuk dapat meraih suatu kekuasaan? Di
mana selama menjabat jabatan publik rack record keberhasilan didalam
tugasnya tidak ada yang signifikan perlu dituliskan. Apalagi dibangga
kan dan dikenang kecuali bagi diri pribadi dan keluarganya, seperti
menjadi nomor satu di sekolah militer dahulu. Bayangkan dari menjabat
Menko membidangi Politik dan Keamanan di dua Presiden yang berbeda sam
pai mutung mengundurkan diri keadaan Negara Bangsa ugreg dibeberapa da
erah. Menjadi Menko yang skop pekerjaannya tidak seluas Presiden saja
tidak becus malah berambisi menjadi Presiden sendiri. Apa tidak tambah
mengkhwatirkan Negara Bangsa ini ke depannya?

Pasangan Capreswapres Susilo-Kalla, adalah pasangan yang salah posisi
dimana seharusnya Kalla menjadi Presiden dan Susilo wakilnya. Hal itu
dapat ditrack dari prestasi ketika menjabat jabatan publik seperti su
dah ditunjukan ketika menjabat Menteri. Terlepas dari latar belakang
dari Kalla yang dekat dengan kelompok fundamentalis di Makasar meski
dia sendiri pernah merasakan dahsyatnya bom rakitanya. Secara umum Kal
la lebih berprestasi dibandingkan dengan Susilo ketika meredamkan aksi
aksi fundamentalis di Maluku maupun Poso. Dengan perjanjian-perjanjian
damai yang sebenarnya adalah penyabotan elit terhadap upaya dari warga
sendiri. Kefundamentalisan Kalla dapat dicermati dari jawaban-jawaban
soal perempuan pada dialog Capreswapres di putaran tahap I Pilpres. Ti
dak mengkagetkan karena memang kedekatannya dengan para fundamentalis
di Makasar yang mengusung persiapan penerapan Syariat disana. Dilain
sisi Susilo sendiri tidaklah pas menjadi pemimpin melainkan lebih pas
kalau sebagai pemikir. Dia lebih baik berkecimpung di lembaga think
tank bagaimana membuat Negara Bangsa ini, lebih memberdayakan diri di
era globalisasi. Karena Susilo tidaklah punya ketegasan yang dibutuh
kan bagi seorang pemimpin. Apalagi membasmi KKN, mana ak uk uk.

Jadi jangan bermimpi Susilo-Kalla akan mampu mengatasi problema Negara
Bangsa ini dalam kepemimpinannya kalau terpilih. Malah bisa jadi ponda
si yang sudah ditanamkan Megawati di pemerintahannya dibongkar kembali
dan memulai lagi dari awal. Kalau lebih baik tidak apa-apa, justru ak
an kembali menjerumuskan Negara Bangsa ini, ke krisis ekonomi kembali.
Sebagaimana cita-cita ekonomi Kalla di websitenya sangatlah identik de
ngan ide dari Adi Sasono ketika menjadi Menkop. Sangatlah berbahaya.

Pastinya Mega-Hasyim akan mampu mengusur kepopuleran Susilo-Kalla deng
an skor akhir 55% vs 45% atau kalau selisih banyak paling 60% vs 40%,
dari jumlah pemilih yang mengunakan hak pilihnya. Itu saja.

Hidup Mega-Hasyim!


Salam.