Tuesday, May 1, 2007

SBY atau Mega? (12/7-'04)

SBY atau Mega? Topic List < Prev Topic | Next Topic >
Reply | Forward < Prev Message | Next Message >
Re: [apakabar] SBY atau Mega?

Reformasi harus digulirkan terus.
Artinya anti Orla,anti Orba,anti militerisme/dwifungsi tentara,anti
KKN/feodalisme/monopoli/konglomerasi hitam.
Artinya pro demokrasi,penegakan hukum,keadilan dan kesejahteraan rakyat banyak.
Memang benar sekarang kita di fait a'comply memilih diantara 2 capres titisan
Orba.
Yang satu telah ketularan bibit HIV dan yang satu dikendalikan oleh yang
ketularan bibit HIV sekaligus titisan juga bibit diktatorian Orla.
Untuk kita bisa mau ikut untuk memilih salah satu dari mereka maka kita perlu
meminta mereka mengemukakan program 5 tahun mereka bila menjadi Presiden nanti
terutama yang menyangkut penegakan demokrasi,penegakan hukum/pemberantasan
KKN,program ekonomi dan reformasi dibidang institusi tentara.Visi dan Misi
mereka sudah dikemukakan,tidak perlu lagi disebut.
Juga perlu kita ketahui rencana susunan Kabinetnya terutama personil2 yang akan
menjadi Jaksa Agung,Mendagri,Menhan, Menkeu,Kapolri.
Kalau ini kita peroleh maka kita dapat memilih secara terpaksa satu dari dua
yang kita tidak sukai itu paling tidak yang diharapkan paling rendah risikonya
dan telah memiliki bahan untuk dapat menilai bila dia jadi presiden.
Atau menjadi golput ? sebagai pilihan terahir,yang sebenarnya juga tidak
menyenangkan karena dengan atau tanpa saya/kita yang tidak akan jauh dari 30 %
dari total pemilih,suka atau tidak suka,kafilah/kerjaan itu akan jalan terus !

gdbct
----- Original Message -----
From: elceem
To: apakabar@yahoogroups.com
Sent: Sunday, July 11, 2004 8:36 PM
Subject: [apakabar] SBY atau Mega?


Catatan moderator: tulisan ini saya terima dari seorang tokoh yang
tak mau disebut namanya, walaupun sudah anggota Apakabar
================================================================

SBY atau Mega?

Jauhi bibit HIV, titisan Orba dan pendangkalan.

1. Sangat mungkin SBY mengemban dosa HAM (Timor Timur
1976, 1978, 1999, Jakarta 27 Juli 1996), seperti juga
Wir (Jakarta Mei 1998, Timor Timur 1999, Semanggi I &
II,1999-2000).

SBY, sama dengan Wir, tak bersedia mengungkap
kisah-tempurnya yang melibatkan korban korban sipil di
masa lalu. Sehingga, besar kemungkinan, SBY, idem dito
Wir, kelak akan mudah melanggengkan impunitas. Meski
pun, benar, rincian pelanggaran HAM oleh SBY, berbeda
dengan Wir, masih harus lebih diverifikasi. Namun,
pengalaman pelanggaran HAM terlanjur merasuk, meresap
dan mengendap di balik kulit Capres yang eks Menko
Polkam