Wednesday, May 2, 2007

Re: ... SatGas pengawal Mega Gebukin Kepala KPU (21'9-04)

Re: SBY siap naik, SatGas pengawal Mega Gebukin Kepala KPU Topic List < Prev Topic | Next Topic >
Reply | Forward < Prev Message | Next Message >
Saya mendengar ulasan Metro TV mengenai Tajuk Media Indonesia tgl 21/9-04 tadi pagi.
Dari ulasan itu saya tahu isi Tajuk Media itu ....suatu euphemism...
Inilah penyakit yang masih menonjol dari rakyat/bangsa ini sehingga sudah setengah
abad merdeka ....nggak bisa maju2......orang2 sudah uzur bilang lebih enak waktu dijajah dulu.

Tajuk itu mengatakan begitu besarnya jasa dan kehebatan Mega dalam 3 thn pemerintahannya membawa negara dan bangsa ini kesuatu alam demokrasi yang maju hingga untuk pertama kali pemilihan presiden secara langsung.....Pernyataan ini konyol dan sangat menyesatkan.

Pola pikir ini masih belum mengerti demokrasi itu,masih pola pikir ratu-kawulo..
Mega sebagai presiden hanyalah sebagai Ceo bukan sebagai seorang Raja Monarchi seperti zaman dulu yang rakyatnya menunggu belas kasihan dari rajanya,bukan pula sebagai presiden dizaman Orla dan Orba yang presidennya menjadikan dirinya sebagai raja dan diktator yang menguasai 3 pilar demokrasi itu (legislatif ,judikatif).Mega hanyalah eksekutif saja.

Yang membuat negara dan bangsa ini masuk ketahap demokrasi sekarang bukan karena
peranan presiden itu.Malah lebih banyak karena keinginan dan desakan rakyat melalui MPR sehingga diadakan amandemen UUD 45 yang tadinya presiden heavy/diktatorship itu menuju alam demokrasi yang sesungguhnya.Mega sebagai eksekutif hanya mau tidak mau harus melaksanakannya karena bila tidak maka dia akan terjungkal.

Setelah masa tugas Mega sebagai presiden berahir nantinya maka adalah tugas Komisi Pemberantasan Korupsi untuk audit kekayaan Mega dan keluarga dekatnya.
Ini sebagai suatu keharusan yang telah diatur dalam undang2.Jangan sampai dilupakan,
jangan sampai euh pekewuh,jangan sampai terkontaminasi aliran 'mikul dhuwur mendem jero'nya Soe itu.

gdbct



----- Original Message -----

From: muskitawati
To: apakabar@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 21, 2004 1:15 AM
Subject: [apakabar] SBY siap naik, SatGas pengawal Mega Gebukin Kepala KPU

Seperti yang sudah diduga semua orang termasuk juga Mega, bahwa
kapasitas seorang presiden harus bisa ditunjukkin dalam arena adu
debat, bukan mengharapkan bisa laku menjual kucing dalam karung yang
kalo karungnya dibuka ternyata cuma berisi taik anjing buduk !!!!!!

Dalam dunia politik hanya ada satu caranya memenangkan ataupun
menggolkan ide ataupun usul, yaitu melalui perdebatan.

Mau memenangkan usulan UU juga harus bisa memenangkan perdebatan
untuk bisa lolos dari berbagai jegalan2 lawan oposisinya. Jadi
kemenangan itu bukan dengan teror, bukan dengan mengepung gedungnya
dengan pasukan, melainkan dengan perdebatan yang menggunakan kata2
yang mampu mengatasi keberatan2, bukan dengan kata2 ancaman, bujukan
sogok, ataupun dengan tipu2an keyakinan ataupun kepercayaan.

Kalahnya Mega bisa saya pastikan meskipun perhitungan suara belum
selesai. Disemua lini, suara dukungan kepada Mega cuma riuh dalam
bentuk teriakan dan penggebukan kepala KPU, sedangkan dalam
pencoblosan justru sebaliknya suara SBY-lah yang bicara meskipun
tidak perlu menggebuk siapapun juga.

Apa yang disaksikan seluruh rakyat Indonesia merupakan lembaran baru
sejarah Indonesia, bahwa seorang pemimpin memang sudah seharusnya
bisa didukung rakyatnya melalui dukungan suara yang tanpa paksaan
dan tipa tipuan yang merekayasa jasa dalam menutupi niat yang cuma
memperbanyak jumlah monopoli pomp2 bensin diseluruh Indonesia. Kita
sama2 menyaksikan, bahwa nama besar the founding father Sukarno
bukanlah mantera2 yang bisa digunakan untuk menyihir masyarakat agar
mau tunduk. Masyarakat yang sudah lama mengalami trauma sudah tidak
mempan disihir dengan jasa2 Sukarno untuk diwariskan kepada anaknya
yang rakus pomp bensin ini !!!!!!

Megawati sudah diberi kesempatan untuk menunjukkan kesetiaannya baik
kepada partainya, maupun kepada bapaknya sendiri !!!! Artinya,
Megawati bukan cuma mengkhianati dirinya sendiri, juga mengkhianati
bapaknya, mengkhianati partainya, dan yang paling fatal adalah
mengkhianati rakyat Indonesia yang mengharapkan keadilan sebagai
akibat perlakuan yang tidak adil oleh Suharto yang dianggap musuh
Megawati sendiri. Namun demi ambisinya untuk bisa jadi presiden
yang berhasil dijegal oleh Golkar dengan akal2an kelompok tengahnya
yang mendudukan Gus Dur katimbang Megawati, akhirnya Megawati
menyerah, dan ber-iba2 untuk menjual kehormatan dirinya kepada bekas
lawannya di Golkar itu dengan berkoalisi melupakan masa lampaunya.
Dari rasil koalisi dan rekonsiliasi inilah akhirnya dibangun
rekayasa baru dengan menjatuhkan Gus Dur juga dengan cara2
inkonstitusionil.