Tuesday, May 1, 2007

Re: Mengukur Konsistensi dan Nasionalisme Amien Rais (21/5-'04)

Re: Mengukur Konsistensi dan Nasionalisme Amien Rais Topic List < Prev Topic | Next Topic >
Reply | Forward < Prev Message | Next Message >

----- Original Message -----
From: pbangsa2003
To: apakabar@yahoogroups.com
Sent: Friday, May 21, 2004 8:07 AM
Subject: [apakabar] Re: Mengukur Konsistensi dan Nasionalisme Amien
Rais


Khusus utk penulis ini saya punya saran:

1. Lupakan Siswono. AR ini trang2an menominasi SBY pada awal2
pembentukan cawaprez. Lupakan soal kebersihan itu. Besides, Siswono
ini apanya sih yg bercitra bersih? Opis klining boy apa?

GD.

Saya komentar menyangkut Siswono yang cawapresnya Amien ini.

Thn 70 an hingga 80 an Siswono ini adalah Dirut atau Komisaris Utama
PT Bangun Cipta Sarana yang bergerak di real estate (RE) perumahan.
Pada masa itu Bangun Cipta sarana (group) ini termasuk salah satu
nama developer terkemuka.
Salah satu lokasi RE nya yang cukup luas adalah di Kelapa Gading.
Bangun Cipta Sarana group adalah identik dengan Siswono,apakah dia
jadi direktur ,atau komisaris atau tidak menjabat karena jadi
Menteri Perumahan.
Kembali ke Kelapa gading,RE ini adalah yang hingga sekarang masih
banjir bila datang hujan hingga rumah2 di daerah ini rendah nilai
jualnya.
Hal ini masih bisa didebat dengan seribu macam alasan a.l karena
kawasan sekitar yang telah terbangun,kali pembuangan yang
sempit/dangkal dlsb.
Yang lebih parah adalah sarana2 lingkungan /kepentingan umum
(sekolah,RS,rumah ibadah,taman,sarana OR dan lain2 yang disyaratkan
harus dibangun sewaktu mendapat perizinan membangun RE itu) yang
sering disebut fasos/fasum di daerah ini tidak pernah dibangun oleh
PT ini ,dan tanah2 lokasi yang dijatahkan untuk ini yang seharusnya
untuk publik malah dikomersialkan / dijual oleh PT itu.
Pernah dipenghujung tahun 80 an,karena ditekan oleh Pemda Jakarta
maka PT ini diharuskan membangun gedung sekolah kewajibannya itu
dan diadakan perletakan batu pertama oleh PT itu dengan menghadirkan
gubernur pada waktu itu.Tetapi,ternyata gedung itu hingga sekarang
tidak jadi dibangun oleh PT itu.
Sebenarnya biaya pembangunan RE itu (perumahan dan fasos/fasumnya)
diperoleh dari konsumennya sendiri, tapi toh tidak bergeming
sedikitpun untuk menilep wang konsumennya dengan tidak membangun
fasos/fasum itu dan ingkar janji.
Bagaimana nanti bila sudah jadi pemimpin Negara?Apakah kebiasaan
ingkar janji dan nilepin itu tidak terjadi?



GD