Wednesday, May 2, 2007

Re: Menyoal Indonesia Sukses (7/9-04)

Re: Menyoal Indonesia Sukses Topic List < Prev Topic | Next Topic >
Reply | Forward < Prev Message | Next Message >
=Melihat Sumber informasi tabel statistiknya selain Bank Indonesia,BEJ adalah dari :
-Badan Analisa Fiskal,Depkeu.
-Kementeria Negara BUMN
-Depkeu
-Depnakertrans
adalah lembaga2 ,yang pasti laporan statistiknya AIS disesuaikan dengan pesanan
sebagaimana kebiasaan laporan2 statistik masa orba.

=Menyangkut mengadakan perbandingan atas pajak dan GDP dari tahun ke tahun (series),
laporan itu membandingkannya atas dasar besaran 'current price' seharusnya atas dasar
'constan price'.

=Mengenai persentase pajak terhadap GDP yang semakin besar maka adalah nilai
perolehan pajaknya yang semakin besar karena objek pajak dikenakan pajak yang
semakin besar (pembilangnya makin besar) karena GDP itu (penyebut ) sebenarnya
boleh dikatakan tetap saja (tumbuh hanya kira2 3,5 %/thn ,karena konsumsi doang)
{GDP (constant price,dlm T) pada 2000:Rp.398; th 2001: Rp.411,7; 2002:Rp 426,7 }sbr:BPS
Jadi sebenarnya subjek pajak diperas habis.
Pertumbuhan ekonomi yang hanya kira2 3,5 % itu adalah pertumbuhan otomatis karena
geliat masyarakat saja yang ingin tumbuh,pemerintah ma bobok kok.... : (
Memang menyesatkan seperti kata Indef itu.

gdbct

----- Original Message -----

From: anak bangsa
To: Amien-Siswono@yahoogroups.com ; apakabar@yahoogroups.com ; Halo-Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 07, 2004 4:55 PM
Subject: [apakabar] Menyoal Indonesia Sukses

INDEF: Iklan "Indonesia Sukses" Menyesatkan
Selasa, 07 September 2004 | 16:37 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Institute for Development Economics and Finance (INDEF), Iman Sugema menyatakan iklan "Indonesia Sukses" yang ada di berbagai media merupakan akal-akalan statistik. "Statistiknya benar tapi menyesatkan (misleading)," katanya dalam acara diskusi bertema "Meningkatkan Kapasitas Produksi" di Jakarta, Selasa (7/9) siang.

Iman mencontohkan poin kedua "Mega Fakta" yakni penerimaan negara dari pajak selama pemerintahan saat ini mengalami peningkatan spektakuler. Menurutnya, memang penerimaan pajak meningkat menjadi Rp 770 triliun selama 3 tahun pemerintahan Mega dan rasio pajak meningkat menjadi 13,5 persen. "Akan tetapi pajak yang tinggi justru berasosiasi dengan pertumbuhan yang rendah," katanya.