Sunday, April 29, 2007

[INDONESIA-L] KELANA - Aset2 Ekonomi Rezim Soeharto yang Sekarat (45) (14/3-00)

[INDONESIA-L] KELANA - Aset2 Ekonomi Rezim Soeharto yang Sekarat (45)

From: apakabar@saltmine.radix.net
Date: Tue Mar 14 2000 - 17:57:14 EST


Date: Tue, 14 Mar 2000

Ambisi Rezim Soeharto & kroni menjadikan Indonesia Negara industri ahirnya
kandas berkeping keping begitu krisis moneter melanda Indonesia pada 1997
yll.

Ternyata ambisi itu hanya ditopang oleh 'begawan2 (manipulator)
ekonomi'yang berlindung diketiak Soeharto dalam menjalankan
kebijaksanaannya berupa ahli2 ekonomi proteksi,ahli2 ekonomi lisensi
,ahli2 ekonomi monopoli,ahli2 ekonomi komisi/succes fee,ahli2 ekonomi mark
up,ahli2 ekonomi kollusi,ahli2 ekonomi upeti,ahli2 ekonomi dumping,ahli2
moneter tilep dll ahli2 ekonomi 'kekuasaan'.

Akibat kebijakan2 ahli2 itu maka segelintir kroni2 Soeharto memperoleh
rezeki yang sangat luar biasa besarnya,tapi sebaliknya tanpa disadari
mengakibatkan beban kerugian yang sangat luar biasa pula bagi Negara,yang
pada ahirnya dipikul oleh rakyat Indonesia seperti yang kita alami
sekarang ini.

Sejak kira2 1994 Soeharto cs menengadahkan muka/sombong di dunia
internasional karena katanya mereka mengakui keberhasilan Indonesia dalam
pertumbuhan ekonomi yang rata2 7%, dan siap ditantang dunia masuk dalam
era perdagangan bebas.

Dengan gagahnya Indonesia menandatangani kesepakatan2 global mengenai
perdagangan bebas di WTO pada 1995,yang secara berangsur angsur sejak itu
mulai berlaku dan akan mutlak berlaku sejak 2002. Dengan congkak dan
gagahnya pula Soeharto mengikuti sidang2 para Pemimpin(istilah Murdiono)
Negara2 APEC a.l di Auckland,Bogor,Seattle,Manila,kuala Lumpur dll yang
akan memberlakukan perdagangan bebas diantara sesama anggota forum itu
sejak 1996 hingga paling lambat 2010.

Dengan sombongnya pula,Soeharto dengan kroninya, dengan menganggap diri
sendiri sebagai pemimpin di Negara Asean pada tahun yang sama 1996,
menyetujui pemberlakuan perdagangan bebas antar negara2 anggota yang
terhimpun dalam AFTA yang akan tuntas berlaku paling lambat 2003.

Nasionalisme baru dperkenalkan oleh Murdiono pada 1997 dalam membela mbah
Liem melarikan assetnya ke Singapore (padahal Liem sebenarnya hendak
menyelamatkan hartanya,karena sudah mencium gejala krisis yang akan
melanda).

Para konglomerat kroni Soeharto,disamping investasi terus di DN dengan
modal kredit surat sakti,maka untuk demi ambisi (Soeharto)untuk kesohor
sebagai negara yang sukses, mulai disuruh berkeliaran kemanca negara untuk
investasi (sambil manipulasi) dengan mengandalkan pinjaman2 dari'BI'
melalui bank2 BUMN dengan menggunakan surat2 sakti pula.

Karena manipulasi/penipuan kurs valas sehingga harganya murah di DN (atas
subsidi Negara) maka barang impor membanjiri Indonesia karena
murah,termasuk barang2 modal untuk industri substitusi impor.Dengan adanya
barir tarif impor maka barang2 yang telah dapat diproduksi di DN dibatasi
pemasukannya dengan tarif itu,dan para konglomerat produsen seenak
perutnya membuat harga produk yang dimonopoli setinggi langit,sehingga
pengembalian modal investasi kembali dalam sekejap.Dengan murahnya valas
di DN,maka barang2 modal untuk industri dipilih yang high.tech./padat
modal karena akan menghasilkan ongkas produksi yang lebih murah dari pada
industri padat karya,yang berakibat pula terjadinya kelebihan angkatan
kerja di DN,pengangguran. Demikian juga barang2 konsumsi ex LN yang belum
diproduksi di DN akan membanjiri pasar Indonesia yang berakibat pola
konsumsi rakyat Indonesia yang import minded.Demikian halnya komoditi2
pangan yang melimpah di LN dan produksi di DN nya sengaja di hambat agar
para kroni Soeharto memperoleh untung dari perdagangan LN (impor) karena
tersedianya valas dengan harga murah a.l jeruk,appel,kedelai(untuk tempe)
dll.

Industri2 hilir dan setengah jadi yang dibangun oleh rezim Suharto dan
kroninya itu hampir seluruhnya adalah industri jago kandang yang
diproteksi/dilindungi untuk substitusi impor,yang produknya tidak akan
mampu bersaing dipasaran internasional atau tidak akan dapat
diexpor,lebih2 yang bahan bakunya ex. impor,tinggal di'jait/assembling' di
DN. Penerimaan devisa Negara lebih banyak mengandalkan ekspor produk
bahan mentah,produk dari industri hulu yang mempunyai keunggulan
komperatif karena bahan baku lokal yang melimpah dan upah yang sangat
rendah,bukan karena efisiensi proses produksi.

Dengan kesepakatan2 regional dan global itu (yang dibuat semua sekitar
1996) mau tidak mau Soeharto cs demi gengsi mulai meliberalkan ekonomi
Indonesia yang selama ini termanipulasi dan diproteksi habis2an atas beban
negara,yang dalam waktu singkat tidak lebih dari setahun pada 1997,ekonomi
indonesia mengalami krisis yang luar biasa hingga kandas-das berhenti
total.Semuanya bermula dari krisis moneter yang memang tulangpunggung
ekonomi itu.Akibatnya keseimbangan2 moneter selama ini yang
dimanipulasi/ditipu ahli2 tengik indonesia itu,dengan dibukanya keran
liberalisasi tergoncang dengan dahsyat mencari keseimbangan baru (dengan
gejolak 1US$ bisa sampai Rp 20.000,-,yang tadinya terahir dimanipulasi
hanya Rp 2500),dan nilai keseimbangan baru yang kira2 benar adalah nilai
pasar yang berlaku sekarang y.i 1 US$ = Rp.7400 s/d 7500. Lucunya ahli2
ekonomi tengik Indonesia menuding Soros sebagai biang keladi semua itu,
padahal ahli2 tengik kita itu yang taunya hanya cara berfikir
manipulasi/menipu/markup/ kollusi/rekayasa/ ekonomi-terpusat( lawan
ekonomi pasar)/ekonomi otoriter dst, padahal katanya para jebolan phd dan
prof. dari manca negara.

Dapat dibayangkan selama puluhan tahun Negara menanggung kerugian selisih
nilai moneter itu yang tertumpuk membesar terus menerus disatu sisi dan
perolehan rejeki nomplok yang menggunung terus menerus bagi segelintir
konglomerat kroni Soeharto yang menguasai seluruh aktifitas perekonomian
raksasa di negara ini yang hampir seluruhnya mengandung komponen
impor/US$,sedangkan para pelaku ekonomi gurem tidak kebagian atau hanya
kebagian remah2nya saja.

Dengan kebijakan dollar murah di DN itu,maka kecendrungan industri
teknologi padat modal jadi lebih murah dari padat karya,sehingga hampir
seluruh industri yang dibangun di Indonesia adalah industri padat modal
belaka,yang berakibat terjadinya jumlah pengangguran yang semakin
besar.Dari segi kelebihan tenaga kerja ini maka Soeharto cs menempuh
kebijaksanaan menjual tenaga kerja murah ke LN,dengan dalih tenaga kera
indonesia yang go internasional untuk cari pengalaman sekaligus sebagai
'komoditi'untuk memperoleh devisa dari situ.

Para konglomerat yang telah mengumpulkan keuntungan2 dari monopoli2,markup
nilai, manipulasi dll hanya merasakan kecil krisis itu,karena ternyata
seperti kita ketahui belakangan ini bahwa modal2 investasi2 mereka untuk
industri2 DN yang mereka miliki bersumber dari wang rakyat/Negara melalui
Bank2,yang sekarang ini berbentuk kredit macet senilai hampir 800 trilyun
yang ditangani oleh BPPN.Para pribadi2 konglomerat itu telah menyimpan
jauh2 hasil keuntungan industri mereka selama ini dan mennyerahkan (dengan
niat tidak mau tau lagi karena itu beban perusahaan/bukan dia
pribadi)masalah kredit macet itu ke Negara yang ahirnya terbebankan ke
rakyat kebanyakan.

Selama puluhan tahun ekonomi Indonesia dimanipulasi oleh para ekonom
tengik itu seolah2 kita telah makmur dengan menyediakan barang2 konsumsi
yang relatif murah karena harga2 yang didumping Negara dengan penetapan
kurs Valas yang murah itu,dengan selisih kurs dibebankan kepada Negara
yang terakumulasi dari tahun ke tahun menggunung,yang pada 1997 akkumulasi
beban yang tidak kelihatan itu ambrol menimpa sebagian besar rakyat
Indonesia. Ditambah dengan beban hutang Negara dan swasta ke pihak asing
yang sudah mencapai kira2 160 M US$(1200 trilyun rph),maka lengkaplah
sudah beban bangsa yang diwariskan Soeharto dengan kroni2nya, yang
keseluruhan menjadi beban tak tertahankan bagi anak cucu bangsa pada masa2
sekarang dan yad.

Sejak 1997 seluruh aktifitas industri hilir/substitusi impor dan properti
atau yang disebut sektor riel di Dalam Negeri nyaris lumpuh
total.Investasi pembangunan industri2 baru terbengkalai,menjadi besi2
terbengkalai yang bila ditelantarkan terus akan menjadi besi2 tua.
Setelah krisis moneter 1997,dengan kurs valas yang naik 3 kali lipat,maka
nilai barang modal industri tsb yang hampir seluruh komponennya adalah
impor yang kebanyakan diperoleh dengan kredit valas,telah membengkak
menjadi hampir 3 kali lipat,yang akan mempengaruhi harga pokok penjualan
produknya yang pemasarannya hanya di dalam negeri.Belum lagi harga bahan
baku impor yang juga harganya dalam rupiah akan sangat tinggi,yang tidak
memungkinkan industri itu dapat berproduksi lagi untuk dipasarkan di dalam
Negeri;Lebih2 lagi untuk di ekspor adalah hal yang mustahil,karena sejak
semula sebelum krisis tidak mampu bersaing masuk kepasar luar negeri
karena inefisiensi, lebih2 lagi setelah 1997,hal itu adalah hal yang tidak
mungkin walupun didalam mimpi.

Pabrik2 yang merupakan asset2 ekonomi rezim Soeharto itu,lebih2 yang
produknya untuk substitusi impor dan properti ,hampir seluruhnya sekarang
terbengkalai.Para konglomeratnya hampir seluruhnya telah menyerahkan
masalahnya ke BPPN dan semua mereka tidak menanggung beban karena dana2
investasi itu hampir seluruhnya bukan wangnya,tapi wang negara atau wang
rakyat/nasabah yang diperoleh berupa kredit bank dengan mengandalkan
surat2 sakti atau bank dalam kelompok usaha sendiri.Wang/modalnya sendiri
sudah diamankan terlebih dahulu (biasanya dalam bentuk valas di LN).Jadi
para konglomerat itu adalah dalam posisi 'nothing to loose',kecuali yang
ditakuti tuduhan kriminal hingga kepenjara.Untuk itu mereka telah2 siap2
dengan mega suap2an kepada yang berwenang/yang memprosesnya apakah
instansi sektoral atau instansi penegak hukum.

Asset2 itu seluruhnya sudah sekarat dan akan menjadi besi tua yang akan
dikiloin bila tidak segera dicarikan jalan keluarnya.Menjalankan pabrik2
itu adalah hal yang tidak mungkin karena pasti produknya akan mahal
harganya,sehingga pemasarannya akan sulit dan berakibat pada tidak akan
pernah mencapai kapasitas impasnya(lebih2 tidak mungkin mencapai kapasitas
pabriknya),yang tentu hal itu adalah pekerjaan merugi.Upaya efisiensi
proses produksi adalah tidak mungkin juga,karena pabrik2 itu bisa
diefisienkan paling2 dari segi penggunaan tenaga kerja,padahal pabrik2 itu
adalah pabrik2 kebanyakan padat modal yang berteknologi media hingga
canggih,yang penggunaan tenaga kerjanya sedikit. Memproteksi/mensubsidi
oleh Negara adalah tidak mungkin karena negarapun sedang sekarat, dan
tidak mungkin mengulang kesalahan Soeharto lagi. Alternatif lainnya ialah
merelokasi industri/pabbrik itu ke negara lain,tapi apakah negara lain itu
mau membeli,dan dengan harga berapa?.

Apabila Soeharto dan ahli ekonomi tengiknya itu beserta para kroni2nya itu
tidak berambisi hendak menjadikan negara ini menjadi negara industri
menyaingi empat macan asianya Naisbitt (Taiwan,Korea
Selatan,Hongkong,Singapore)tapi industri dan perekonomiannya berjalan
didasarkan pada kekuatan2 yang dimilikinya a.l SDM yang melimpah,SDA yang
melimpah dan mempertimbangkan fenomena perilaku dan kultur ekonomi yang
ada,keunggulan potensi pertanian, maka mungkin perekonomian dan industri
itu akan selamat dan berkembang dengan baik .

Apakah jalan keluar yang akan ditempuh untuk menyelamatkan industri/pabrik
yang sedemikian banyak mandek dan sekarat itu?Alternatif2 telah saya
sodorkan diatas dengan tetap kerugian2 yang akan diterima karena kesalah
kaprahan Soeharto dan ahli2 tengiknya itu,daripada dikiloin oleh para
pedagang madura yang telah siap2 hendak menyerbu. Dan tidak lupa
diingatkan ,agar seluruh manipulator2 itu mulai dari Soeharto,ahli2
tengiknya dan para kroninya itu harus dimintakan pertanggungjawabannya
baik pidana maupun perdata,agar tidak menjadi preseden dikemudian hari.

Dan yang sangat penting pula pada para ekonom2 kita baik tua lebih2 muda
yang mulai bicara mengenai grand strategi ekonomi Indonesia untuk masa
yad. Yang jelas mari kita mulai dengan lembaran baru,dengan mengkalkulasi
asset2 yll yang masih feasible untuk diteruskan pada masa2 yad,dan yang
tidak feasible agar dilupakan saja,karena bila tetap hendak dipertahankan
akan menjadi beban terus menerus.Lebih baik asset2 yang tidak feasible itu
dilikwidasikan/direlokasi saja. Pembangunan Negara kita bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup orang banyak (dari aspek nafkah,kebebasan dan
harkat hidup).Pembangunan ekonomi adalah bertujuan untuk memberantas
kemiskinan, memberantas 'ketidak merataan' pendapatan, memberantas
pengangguran yang masih melanda sebagian besar penduduk Indonesia (ibarat
tikus kelaparan dilumbung padi). Agar grand srategy pembangunan
perekonomian Negara ini berpijak kepada kenyataan2 dan potensi yang
tersedia apakah itu SDA,SDM dan SDT yang ada tanpa berkeinginan untuk
mengadakan lompatan2 kedepan seperti mimpinya Soeharto & kroni dan ahli
ekonomi tengiknya itu yang hendak menyaingi empat macan asianya
Naisbitt,termasuk mimpi Habib-i dengan mimpi lompatan kedepan teknologi
canggihnya yang keblinger itu.

14/3 2000
kelana.