Sunday, April 29, 2007

[INDONESIA-L] KELANA - Paradigma Pembangunan Jakarta (44) (13/3-'00)

[INDONESIA-L] KELANA - Paradigma Pembangunan Jakarta (44)

From: apakabar@saltmine.radix.net
Date: Mon Mar 13 2000 - 12:11:13 EST


Date: Sun, 12 Mar 2000

Paradigma pembangunan Jakarta belum direformasi,rakyat Jakarta harus mereformasinya.

Jangan harapkan DPRD akan mau dan sadar untuk mereformasinya,karena bagi mereka arti reformasi adalah gantian menjadi pemerintah dan jadi anggota DPRD untuk gantian mengeruk kekayaan Negara/ Rakyat untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya,sehingga mereka sudah terjinakkan oleh kepentingannya itu,bukan kepentingan rakyat pemilihnya.Rakyat Jakarta harus menekan DPRD/Pemda untuk merombaknya.

Paradigma pembangunan Jakarta pada masa Orde Baru adalah membentuk ruang Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia sebagai gerbang masuk ke Indonesia yang harus setara dengan Ibukota Negara (maju)lainnya. Maka kota Jakarta harus dirombak dari suatu perkampungan besar menjadi kota modern yang dapat menyaingi 'kota2 modern' dibelahan bumi lainnya.
Pembangunan Jakarta adalah pro modern/formal yang kapitalism/borjuism dan anti informal/ tradisional yang ekonomi lemah. Tidak ada tempat bagi sektor informal/tradisional,tapi hanya untuk sektor modern/formal saja.
Maka perkampungan2 harus digusur,K5 harus digusur,becak harus digusur,usaha rumah tangga harus digusur pokoknya semua yang bersifat informal/tradisional harus digusur,semua ruang diisi oleh yang bersifat formal/modern.

Nyatanya,setelah Orba tumbang,semua sadar bahwa paradigma Orba itu adalah fatamorgana belaka.Sektor informal/tradisional di Jakarta tidak semakin berkurang tapi malah semakin bertambah tambah saja.

Ternyata Jakarta tidak dapat lepas dari sektor informal/tradisional(juga kota2/daerah2 di Indonesia tidak bisa lepas dari sektor informal/tradisional) karena Negara Indonesia tidak muncul begitu saja secara steril,tetapi dengan fenomena social dan ekonomi yang telah melekat padanya,karena Negara Indonesia itu menerima warisan keadaan social dan ekonomi dari Hindia Belanda yang telah terpatron dengan dualisme social dan dualisme ekonominya.

Perobahan sektor informal /tradisional kesektor formal/modern di Jakarta hususnya (dikota2 di Indonesia pada umumnya) tidak dapat dengan meniadakan secara revolusioner/ menggusur tetapi secara evolusioner/pemberdayaan seiiring dengan proses pendidikan yang dilakukan kepada rakyat itu,dan seiring dengan kemajuan yang dicapai rakyat itu.

Maka paradigma pembangunan kota Jakarta pada khususnya harus dirombak dari paradigma ruang Jakarta untuk kota modern/formal yang kapitalistis/borjuistis menjadi ber-paradigma ruang Jakarta untuk seluruh kebutuhan lapisan masyarakatnya,sehingga ruang untuk sektor informal/tradisional harus disediakan.Maka ruang untuk K5,industri R.tangga, becak, delman, sepeda dan sektor informal lainnya harus disediakan,dilindungi dan diberdayakan. Jangan untuk patung2 mati oleh Pemda DKI dengan biaya mahal diadakan di Jkt,tapi untuk rakyat Indonesia
yang kebetulan memperoleh nasib kurang baik justru dikejar2 dari mencari nafkah di Jakarta.

12/3-2000
kelana